KOMPAS.com - Bias sejarah adalah kecenderungan unsur subjektifitas, baik dari individu maupun kelompok, dan unsur keterpihakan dalam historiografi sejarah.
Bias sejarah menimbulkan narasi yang tidak sesuai dengan fakta atau pun berdasarkan sumber sejarah yang masih diragukan validitasnya.
Beberapa hal yang menyebabkan bias dalam sejarah adalah bias pribadi, keterbatasan bukti, tujuan penulisan, hingga kondisi politik dan kondisi sosial-budaya suatu masyarakat.
Bias sejarah umum terjadi pada peristiwa sejarah yang dianggap kontroversial, sehingga terdapat beragam versi bagaimana sejarawan menafsirkannya.
Lantas, bagaimana cara menghindari bias sejarah?
Baca juga: Historiografi pada Masa Islam di Nusantara
Salah satu cara yang dilakukan untuk menghindari bias sejarah adalah tidak menggunakan sumber tunggal dalam membaca atau belajar suatu historiografi.
Mencari berbagai sumber sejarah lain akan memberikan sudut pandang atau perspektif yang berbeda.
Dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber berbeda, maka akan didapatkan gambaran yang lebih luas dan objektif tentang suatu peristiwa sejarah.
Cara menghindari bias dalam penelitian sejarah dapat dilakukan dengan memeriksa latar belakang penulis, maksud penulisan, metode penelitian, sumber data, dan argumentasi yang digunakan.
Dengan demikian, adanya kepentingan, keberpihakan, atau kesalahan yang mungkin memengaruhi isi informasi sejarah dapat dideteksi.
Baca juga: Perkembangan Historiografi Indonesia dan Ciri-cirinya
Bias sejarah dapat dideteksi dengan membuka ruang diskusi atau membicarakan informasi sejarah dengan orang lain.
Sudut pandang orang lain yang berbeda dapat memberikan penafsiran baru atau mengetahui bias dari peristiwa sejarah yang sedang dipelajari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.