Tantangan moral dan konflik kekuasaan, yang diwarisi dari mitologi kuno, meresap ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menyadari akar historisnya, dapat dipahami bahwa perjuangan melawan penjilatan kekuasaan bukanlah pertempuran baru; ini adalah refleksi dari perjalanan sejarah manusia yang panjang.
Bersamaan pula tetap menegaskan bahwa tantangan menjilat kekuasaan terus menjadi refleksi yang melekat dalam perjalanan panjang sejarah dan masa kini.
Dalam masa kini pada sastra, film, dan seni secara konsisten juga merepresentasikan karakter-karakter penjilat kekuasaan dengan sifat-sifat licik dan manipulatif yang beragam.
Semiotika itu juga dapat ditemukan dalam sastra Indonesia. Sebagai contoh, dalam novel "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer, karakter-karakternya menjadi cerminan sifat penjilatan kekuasaan.
Begitu juga dalam drama "Othello" karya Shakespeare, tokoh Iago dianggap sebagai salah satu karakter paling licik dan manipulatif dalam sejarah sastra. Iago menggunakan tipu daya untuk merusak kehidupan Othello dan orang-orang di sekitarnya.
Melalui eksplorasi sastra, kita dapat melihat bagaimana fenomena penjilatan kekuasaan memiliki kehadiran universal, merentang dari mitologi hingga karya-karya kontemporer, dan menjadi cermin bagi dinamika manusiawi yang terus berlanjut.
Bersambung, baca artikel selanjutnya: Penjilatan Kekuasaan dalam Mitologi, Seni, dan Sastra (Bagian II)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.