Mereka berjalan ke arah barat dan berhenti untuk beristirahat di Dukuh Gondang Jenalas (sekarang termasuk wilayah Gemolong).
Di sinilah mereka bertemu dengan seseorang bernama Kyai Kamaliman yang berasal dari Demak.
Pangeran Samudro berencana menetap sementara untuk menyebarkan Islam di tempat tersebut.
Namun, di tempat ini, Pangeran Samudro tiba-tiba jatuh sakit. Meskipun dalam keadaan sakit, perjalanan tetap dilanjutkan hingga mencapai Dukuh Doyong, wilayah kecamatan Miri.
Kondisinya semakin memburuk sehingga Pangeran Samudro memerintahkan salah satu abdinya untuk segera mengabarkan kondisi penyakitnya kepada Sultan Demak.
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut Menyimpang, Stigma Gunung Kemukus sebagai Tempat Ritual Seks
Sultan Demak sangat mengharapkan kembalinya Pangeran Samudro beserta para abdinya.
Namun, takdir telah memutuskan sebaliknya dan ajal lebih dulu menjemput Pangeran Samudro.
Oleh karena itu, Sultan Demak memberikan perintah untuk menguburkan jenazah Pangeran Samudro di bukit arah barat laut dari tempat ia meninggal.
Sultan berharap bahwa tempat tersebut akan menjadi tempat yang dihormati dan dijadikan tauladan oleh penduduk setempat.
Gunung Kemukus adalah lokasi makam Pangeran Samudro yang menjadi pilihan abdinya.
Sebelum pemakaman dilakukan, pemilik lahan di sekitar wilayah tersebut sepakat untuk mendirikan desa baru di lokasi bekas peristirahatan Pangeran Samudro.
Desa ini diberi nama Dukuh Samudro yang hingga kini dikenal dengan nama Dukuh Mudro.
Awalnya, makam ini sangat sepi dan jarang dikunjungi karena berada di tengah hutan belantara dan merupakan habitat binatang buas.
Namun, seiring berjalannya waktu, daerah tersebut mulai dihuni penduduk dan kisah Pangeran Samudro mulai tersebar luas.
Baca juga: Raden Patah, Raja Pertama Kerajaan Demak
Setelah mendapat pemberitahuan dari Abdi Dalem Pangeran Samudro, Sultan Demak lalu memberitahu ibunya, Raden Ayu Ontrowulan, tentang meninggalnya sang pangeran.