Bahkan, generasi muda SI yang menjadi lawan politiknya menciptakan istilah 'Nyokro' sebagai sinonim dari tindakan korupsinya.
Perpecahan ini terus berkembang, terutama karena generasi muda yang menginginkan Sarekat Islam yang lebih radikal dan revolusioner.
Langkah Cokroaminoto membawa SI ke dalam Volksraad, parlemen Hindia Belanda, dikritik sebagai kelemahan, dengan pandangan bahwa SI terlalu lemah dalam perlawanan terhadap penjajahan.
Perpecahan mencapai puncaknya pada 1924 dengan berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI).
Semaun, seorang kader SI yang lahir di Desa Curah Malan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi ketua pertama PKI.
Selain Semaun, tokoh terkenal lainnya di PKI saat itu adalah Dharsono.
Referensi: