Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perpecahan Ideologi dalam Tubuh Serekat Islam

Organisasi yang semula menjadi pilar kebangkitan dan penyatuan bagi masyarakat Indonesia, justru terjebak dalam kompleksitas perbedaan pandangan yang menggoncangkan dasar-dasar kesatuan.

Bagaimana perpecahan ini muncul, berkembang, dan akhirnya membentuk dua faksi berbeda, SI Putih dan SI Merah?

Kemunculan Serekat Dagang Islam

Sarekat Islam pada awalnya dikenal sebagai perkumpulan pedagang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada 11 November 1911 di Solo oleh H. Samanhudi, seorang pedagang Muslim dari Surakarta.

Terbentuknya SDI dipicu oleh keinginan untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa yang saat itu menguasai perdagangan batik di Solo.

Pada saat itu, pedagang Tionghoa memperoleh dukungan dari pemerintah Hindia Belanda untuk memproduksi barang menggunakan bahan baku yang diperoleh langsung melalui importir Eropa dengan harga lebih terjangkau.

Dampaknya, pedagang Tionghoa mampu menjual produk mereka dengan harga yang lebih rendah, sementara penjual batik lokal terkendala karena harus memperoleh bahan baku melalui perantara lokal dengan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan impor dari Eropa.

Situasi ini menyebabkan harga batik lokal menjadi lebih mahal daripada batik yang dijual oleh pedagang Tionghoa.

Praktik monopoli ini merugikan pedagang lokal dan menyulitkan mereka dalam menetapkan harga.

Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan tersebut, H. Samanhudi pun mendirikan Sarekat Dagang Islam di Surakarta untuk memajukan perniagaan pribumi dalam menghadapi pedagang Tionghoa, serta menggalang kerja sama di antara para pedagang Muslim.

Dari Serekat Dagang Islam menjadi Serekat Islam

Dalam perkembangannya, Samanhudi bekerja sama dengan R. M. Tirtoadisuryo. Namun, kerja sama ini tidak berlangsung lama karena terjadi perseteruan yang mengakibatkan penurunan aktivitas SDI.

Untuk memastikan kelangsungan organisasi, Samanhudi meminta H. O. S. Tjokroaminoto untuk mengorganisir perkumpulan dagang tersebut.

Tjokroaminoto setuju dan membentuk organisasi baru bernama Sarekat Islam pada 1912. Ia pun menjadi ketua menggantikan Samanhudi.

Perubahan nama ini bertujuan agar keanggotaan organisasi tidak terbatas pada golongan pedagang, melainkan mencakup seluruh lapisan masyarakat.

Transformasi ini membuat SI tidak hanya berfokus pada perekonomian, melainkan juga memperluas aktivitasnya ke sektor politik dan sosial budaya, dengan dasar ajaran Islam.

SI berkembang menjadi perkumpulan yang berkomitmen pada kepentingan bangsa, negara, dan agama.

Dalam waktu yang relatif singkat, organisasi ini berhasil meluas ke berbagai lapisan masyarakat dan mencapai reputasi sebagai gerakan yang bersifat nasionalis, demokratis, religius, dan memiliki fokus pada aspek ekonomi.

SI Merah dan SI Putih

Pada awalnya, Sarekat Islam beroperasi tanpa kendala hingga awal 1920-an. Namun, perubahan signifikan terjadi dengan masuknya ideologi komunisme yang dibawa oleh Heenk Sneevliet.

Sneevliet merupakan seorang anggota Sosial Demokratis Arbeids Partij (berlandaskan
marxisme) di Negara Belanda kepada kalangan pergerakan nasional yang berasal dari Belanda.

Sneevliet berusaha menyusupkan ide komunis ke dalam Sarekat Islam, organisasi massa terbesar di Indonesia pada waktu itu.

Melihat potensi besar dalam organisasi ini, Sneevliet pun berupaya memanfaatkannya.

Sheevliet, bersama Adolf Baars, mendirikan Indische Social Democratische Vereenihing (ISDV) di Semarang pada 1914 dengan tujuan menyebarkan paham Marxis.

Meskipun ISDV tidak memiliki keterhubungan yang erat dengan rakyat, mereka berupaya memasuki Sarekat Islam.

Awalnya, pengaruhnya sulit diterima, terutama oleh Ketua Umum Sarekat Islam, H.O.S. Cokroaminoto, dan H. Agus Salim.

Namun, ide komunis berhasil meresap ke dalam generasi muda SI, seperti Semaun, H. Misbach, dan beberapa tokoh lainnya.

Perpecahan ini terjadi akibat adanya agitasi golongan komunis melalui tokoh Semaun dan Darsono ke dalam tubuh SI.

Perpecahan tersebut menghasilkan dua faksi utama, yaitu SI Merah dan SI Putih. Agitasi dari golongan komunis, yang dipimpin oleh tokoh seperti Semaun dan Darsono.

SI Merah yang berisi Semaoen, Alimin, dan Darsono berhaluan kiri berpusat di Kota Semarang.

Sementara itu, SI Putih yang diprakarsai H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, berhaluan kanan berpusat dan di Yogyakarta.

Selain perpecahan ini, Cokroaminoto juga dituduh melakukan berbagai macam praktik tidak etis, seperti korupsi dana partai.

Bahkan, generasi muda SI yang menjadi lawan politiknya menciptakan istilah 'Nyokro' sebagai sinonim dari tindakan korupsinya.

Perpecahan ini terus berkembang, terutama karena generasi muda yang menginginkan Sarekat Islam yang lebih radikal dan revolusioner.

Langkah Cokroaminoto membawa SI ke dalam Volksraad, parlemen Hindia Belanda, dikritik sebagai kelemahan, dengan pandangan bahwa SI terlalu lemah dalam perlawanan terhadap penjajahan.

Perpecahan mencapai puncaknya pada 1924 dengan berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI).

Semaun, seorang kader SI yang lahir di Desa Curah Malan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi ketua pertama PKI.

Selain Semaun, tokoh terkenal lainnya di PKI saat itu adalah Dharsono.

Referensi:

  • Kansil, CST. 1983. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/12/06/150000879/perpecahan-ideologi-dalam-tubuh-serekat-islam

Terkini Lainnya

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Stori
6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke