Kebijakan kontroversial yang paling dikenal dari Jan Pieterszoon Coen adalah pendekatannya sangat keras terhadap komunitas pribumi di wilayah yang dikuasainya.
Ia menganggap penduduk pribumi sebagai hambatan bagi kepentingan VOC.
Oleh karena itu, ia memberlakukan kebijakan penindasan yang keras, seperti pengusiran penduduk dari wilayah-wilayah strategis dan penghancuran desa-desa.
Kebijakan ini seringkali berujung pada konflik yang memakan korban jiwa.
Akhirnya, pada 1623, Coen mengundurkan diri dari jabatan gubernur jenderal.
Baca juga: Alasan VOC Ingin Menguasai Banten
Herman Willem Daendels adalah seorang jenderal Belanda yang lahir pada 21 Oktober 1762 di Hattem, Belanda.
Sebelum menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC, ia telah mengumpulkan pengalaman yang luas dalam dunia militer.
Karier militernya mencakup berbagai posisi penting dan telah terlibat dalam berbagai konflik dan kampanye militer.
Pada awal tahun 1800-an, ketika Perancis menduduki Belanda selama masa Kekaisaran Napoleon, Daendels diangkat sebagai Gubernur Jenderal VOC.
Masa jabatannya yang berlangsung dari tahun 1808 hingga 1811 terjadi pada saat Perancis sedang mengendalikan Belanda.
Selama masa jabatannya, ia membawa pendekatan militer yang tegas dan penuh semangat di Hindia Timur.
Salah satu tindakan terkenalnya adalah pembangunan Jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer di barat hingga Panarukan di timur pulau Jawa.
Jalan ini menjadi salah satu warisan paling penting dari masa jabatannya dan membantu memudahkan mobilitas dan logistik di wilayah tersebut.
Selain itu, ada juga kebijakan perpindahan penduduk dari daerah pantai ke wilayah pedalaman Jawa yang dilakukan untuk mengamankan pantai dari serangan Inggris. Kebijakan ini menciptakan konflik dengan penduduk pribumi.
Masa jabatan Daendels berakhir ketika Inggris menggantikan pemerintahan Perancis di Belanda pada 1811.
Setelah itu, Daendels kembali ke Belanda, lalu tetap aktif dalam politik dan karier militer.
Baca juga: Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36