Pada intinya, Traktat Painan memberi kewajiban kepada VOC untuk membantu raja-raja kecil di kawasan pesisir selatan Minangkabau mengusir Aceh dari seluruh bandar yang mereka kuasai.
Sebagai imbalannya, VOC mendapat monopoli perdagangan lada di semua bandar mereka, bebas dari segala bea atau pajak, dan akan disediakan pangkalan yang aman bagi armada Belanda.
Baca juga: Traktat London: Latar Belakang, Isi, dan Dampaknya
Setelah Traktat Painan ditandatangani, VOC mulai berkuasa di pesisir selatan Minangkabau.
Sebuah loji kemudian dibangun di Salido, sebelum akhirnya dipindahkan ke Pulau Cingkuk, yang lebih aman.
Pasalnya, Salido, yang merupakan pintu gerbang paling penting di antara semua bandar, kerap terjadi peperangan akibat perselisihan di antara raja-raja kecil.
Mulai tahun 1663, VOC membangun Pulau Cingkuk sebagai pusat pengumpul rempah-rempah yang dihasilkan oleh daerah-daerah di pesisir selatan Minangkabau.
Dengan kata lain, Traktat Painan merupakan tiket bagi VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di pesisir selatan Minangkabau.
Kekuasaan VOC di wilayah itu bertahan hingga satu abad lebih, tepatnya hingga tahun 1781, saat Inggris memporak-porandakan Pulau Cingkuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.