KOMPAS.com - Pulau Cingkuk terletak di pesisir barat Pulau Sumatera, secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Di Pulau Cingkuk atau Pulau Cingkuak dalam aksen masyarakat setempat, terdapat benteng yang awalnya dipercaya dibangun oleh bangsa Portugis.
Tidak diketahui pasti kapan benteng ini dibangun, tetapi masyarakat setempat menyebut Si Patokah (si Portugis), telah membangun benteng di Pulau Cingkuk.
Setelah dilakukan penelusuran, Benteng Pulau Cingkuk merupakan bangunan peninggalan Belanda, bukan Portugis.
Berikut sejarah singkat Benteng Pulau Cingkuk.
Baca juga: Benteng Putri Hijau, Peninggalan Kerajaan Aru yang Pernah Dirusak
Sempat dipercaya dibangun oleh bangsa Portugis, Benteng Pulau Cingkuk faktanya merupakan pelindung monopoli Belanda di Pesisir Minangkabau.
Melansir laman Kemdikbud, sejarah Benteng Pulau Cingkuk tidak lepas dari kesepakatan raja-raja setempat dengan Belanda pada abad ke-17.
WJA De Leeuw dalam catatannya, Het Painansgh Contract, menyebut bahwa pada awal abad ke-17 di pesisir Minangkabau bagian selatan terdapat pesaingan antara raja-raja kecil penghasil lada.
Pada saat itu, mereka ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh, yang membuat jalur lada harus berakhir di Bandar Aceh.
Ketidakpuasan atas monopoli Aceh mendorong raja-raja kecil bekerja sama dengan VOC.
Baca juga: Sejarah Benteng Iskandar Muda Peninggalan Kerajaan Aceh
Pada 1663, mereka meminta perlindungan kepada VOC atas hegemoni Aceh yang dianggap terlalu menjerat leher.
Hasilnya, lahir Traktat Painan, yang memberi kewajiban kepada VOC membantu raja-raja kecil di kawasan pesisir selatan Minangkabau untuk mengusir Aceh.
Sebagai imbalannya, VOC mendapat monopoli perdagangan lada di semua bandar mereka, bebas dari segala bea atau pajak, dan akan disediakan pangkalan yang aman bagi armada Belanda di kawasan tersebut.
Traktat Painan merupakan tiket bagi Belanda untuk membangun loji, kemudian benteng di Pulau Cingkuk atau disebut Poulo Chinco oleh orang Eropa.
Benteng Pulau Cingkuk dibangun pada tahun 1665, dua tahun setelah pembangunan loji Belanda.