Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Benteng Bukit Cening Peninggalan Kesultanan Lingga

Kompas.com - 02/09/2023, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Benteng Bukit Cening terletak di Kampung Seranggung, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

Melansir disbud.kepriprov.go.id, benteng ini dibangun pada masa Sultan Mahmud Syah III (1761-1812) memerintah Lingga.

Benteng Bukit Cening merupakan benteng pertahanan, sehingga dilengkapi dengan banyak meriam.

Meriam-meriam tersebut masih dapat ditemukan keberadaannya di reruntuhan benteng.

Berikut ini sejarah singkat Benteng Bukit Cening.

Baca juga: Sejarah Benteng Kalimook di Madura, Kini Jadi Rumah Ternak

Sejarah Benteng Bukit Cening

Pembangunan Benteng Bukit Cening tidak lepas dari tingginya konflik di Selat Malaka.

Selat Malaka, yang diperebutkan oleh bangsa asing, terutama Portugis, Belanda, dan Inggris, mengakibatkan kerajaan-kerajaan di sekitar harus melengkapi negerinya dengan berbagai sistem pertahanan.

Salah satu pertahanan yang dibangun oleh Kerajaan Lingga adalah Benteng Bukit Cening.

Benteng Bukit Cening didirikan di atas bukit, menghadap ke tenggara, letaknya sekitar dua kilometer di sebelah tenggara Istana Damnah.

Benteng ini dibangun dengan meninggikan dan mengeraskan tanah, sehingga membentuk tanggul persegi empat berukuran panjang 32 meter dengan lebar 30 meter.

Tebal dinding Benteng Bukit Cening empat meter, dengan tinggi sekitar 1-1,5 meter. Pada bagian depan, kanan, dan kiri benteng, dilengkapi dengan parit.

Baca juga: Benteng Sentosa, Mata-Mata Belanda di Kesultanan Ternate

Konstruksi dinding benteng selain berfungsi sebagai pelindung juga menjadi dudukan meriam.

Di Benteng Bukit Cening terdapat sebanyak 19 meriam dalam ukuran berbeda, yang berasal dari tahun 1783 dan 1797.

Meriam di benteng ini dapat diklasifikasikan berukuran sedang dan besar, umumnya memiliki panjang antara 2-2,8 meter dengan lubang laras berdiameter 8-12 cm.

Fungsi Benteng Bukit Cening cukup jelas, yakni sebagai pertahanan bagi Kerajaan Lingga atas serangan musuh yang melalui laut.

Selain itu, benteng ini juga digunakan untuk memantau aktivitas di muara Sungai Daik dan Tanjung Butun, yang dulunya menjadi jalan masuk ke pusat Kerajaan Lingga.

 

Referensi:

  • Balai Arkeologi Yogyakarta. (2013). Benteng Dulu, Kini dan Esok. Yogyakarta: Kepel Press.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com