KOMPAS.com - Kekaisaran Romawi adalah sebuah periode dari kekuasaan Romawi Kuno yang berlangsung dari 31 SM hingga tahun 476.
Sejak akhir abad ke-2, Kekaisaran Romawi Barat telah menunjukkan tanda-tanda kemundurannya.
Padahal pada awal abad ke-2, Kekaisaran Romawi masih menikmati masa keemasannya menjadi kekaisaran terbesar di dunia.
Lantas, apa saja penyebab runtuhnya Kekaisaran Romawi?
Baca juga: Runtuhnya Kekaisaran Romawi
Selama berabad-abad, penguasa Kekaisaran Romawi telah menjalin hubungan dengan suku-suku Barbar.
Namun, pada abad ke-4, suku-suku Barbar melancarkan pemberontakan yang mengganggu stabilitas negara.
Pemberontakan diawali dari migrasi suku-suku Barbar ke wilayah Kekaisaran Romawi.
Mereka sebenarnya tidak datang tiba-tiba, tetapi terdesak kedatangan Suku Han, yakni kumpulan suku dan bangsa nomaden yang awalnya bermukim di Asia Tengah.
Suku Barbar memang diizinkan masuk ke wilayah Kekaisaran Romawi, tetapi mereka diperlakukan tidak baik.
Itulah yang memicu suku Barbar bangkit dan memberontak hingga akhirnya mengalahkan Kekaisaran Romawi.
Segera setelah kematian Theodosius (379-395), kekacauan terjadi dan wilayah kekaisaran dipenuhi dengan orang-orang Barbar.
Kekaisaran Romawi benar-benar runtuh pada tahun 476 akibat serangan Suku Barbar pimpinan Odoacer, yang berhasil menggulingkan Kaisar Romulus Augustus.
Baca juga: Perang Yarmuk, Perang Pembuka Islam Melawan Kekaisaran Romawi
Krisis ekonomi yang menimpa kekaisaran disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:
Tanda-tanda kemunduran Kekaisaran Romawi dapat dirasakan semenjak wafatnya Marcus Aurelius pada tahun 180.
Pengganti Marcus Aurelius adalah kaisar-kaisar yang lemah, seperti contohnya Commodus (180-193).