Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Tragedi Bintaro 1987, Menewaskan Ratusan Orang dalam Kereta

Kompas.com - 01/09/2023, 17:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Pada 19 Oktober 1987, sebuah tragedi kecelakaan kereta api terjadi di daerah Pondok Betung, Bintaro Jakarta Selatan.

Tragedi ini dikenal dengan nama Tragedi Bintaro.

Kecelakaan ini menewaskan sebanyak 156 penumpang dalam Kereta Api (KA) 225 Merak dan KA 220 Rangkas.

Sebab, kedua kereta ini bertabrakan dengan posisi adu banteng hingga salah satu lokomotif terdorong masuk ke gerbong pertama di belakang lokomotif.

Padahal, pada saat itu, kondisi kereta sedang dalam keadaan penuh, dengan penumpang yang bergelantungan di pintu, jendela, dan lokomotif.

Lalu, bagaimana kronologi Tragedi Bintaro 1987?

Baca juga: Tragedi Sampit: Konflik Berdarah antara Suku Dayak dan Madura

Kronologi Tragedi Bintaro 1987

Senin pagi kala itu, KA 220 Rangkas sedang melaju dengan membawa rangkaian tujuh gerbong dari Tanah Abang menuju ke arah Merak.

Dari arah berlawanan, ada KA 225 Merak dari Rangkasbitung menuju ke Tanah Abang yang menarik tujuh rangkaian gerbong.

Masinis dari masing-masing kereta api tidak mengetahui bahwa kereta mereka melaju di rel yang sama.

KA 225 Merak dengan kecepatan tinggi melaju cepat di rel lurus yang melintasi Kompleks Perumahan Bintaro Jaya.

Sementara itu, KA 220 Rangkas melaju ke rel perlintasan Pasar Ulujami.

Alhasil, tabrakan kedua kereta tidak dapat dihindari.

Kejadian ini mengakibatkan seluruh badan lokomotif BB-303 16 masuk dan seolah-olah “ditelan” oleh gerbong KB3-65 601.

Saat kejadian berlangsung, gerbong sepanjang 21 meter tersebut dijejali ratusan penumpang.

Apa penyebab terjadinya Tragedi Bintaro 1987?

Terjadinya Tragedi Bintaro 1987 yang menewaskan 156 orang ini disebabkan oleh kelalaian petugas.

Ada kesalahpahaman Kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.

Kereta itu sudah melaju ke Stasiun Sudimara tanpa lebih dulu dicek bagaimana kondisinya.

Alhasil, tiga jalur kereta api yang berada di Stasiun Sudimara penuh akibat kedatangan KA 225.

Di sisi lain, KA 220 di Stasiun Kebayoran juga diberangkatkan tanpa ada komunikasi dengan Stasiun Sudimara.

Kondisi ini yang kemudian memaksa juru langsir di Sudimara memindahkan lokomotif KA 225 menuju ke jalur tiga.

Nahasnya, sang masinis tidak melihat tanda dari juru langsir karena keramaian jalur kereta saat itu dan memutuskan untuk tetap berangkat.

Upaya yang dilakukan juru langsir untuk menghentikan KA 225 pun sia-sia.

Ditambah, lokasi kecelakaan berada di tikungan sehingga kedua masinis tidak saling melihat.

KA 225 bertabrakan dengan KA 220 pada pukul 06.45 WIB.

Baca juga: Tragedi Kali Bekasi 19 Oktober 1945

Pertikaian antar-masinis

Masinis KA 225, yaitu Slamet Suradio membantah tudingan yang menyebut dirinya memberangkatkan kereta tanpa perintah.

Menurut penurutan Suradio, ia hanya mengikuti instruksi dari Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) Sudimara.

Sebaliknya, PPKA Sudimara dianggap bersalah karena memberikan persetujuan persilangan kereta api dari Sudimara ke Kebayoran tanpa persetujuan dari PPKA Kebayoran.

Masinis KA 225 yang selamat pun disalahkan karena begitu menerima bentuk tempat persilangan, ia langsung berangkat tanpa menunggu perintah PPKA dan kondektur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com