Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Benteng Tujuh Lapis Peninggalan Tuanku Tambusai

Kompas.com - 31/08/2023, 23:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Benteng Tujuh Lapis merupakan peninggalan Tuanku Tambusai, ulama sekaligus pejuang kemerdekaan dari Riau.

Seperti namanya, benteng ini terbuat dari tujuh lapis dinding tanah.

Benteng Tujuh Lapis terdapat di Desa Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

Pada 28 Juni 2023, Benteng Tujuh Lapis telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional.

Baca juga: Sejarah Benteng Tujuh Lapis Peninggalan Tuanku Tambusai

Sejarah Benteng Tujuh Lapis

Benteng Tujuh Lapis berupa tujuh lapis dinding tanah berdenah persegi empat.

Saat ini, bagian yang tersisa hanya lima lapis dinding tanah yang telah ditumbuhi rerumputan.

Lapisan terluar atau lapis pertama yang tersisa berukuran 160 x 270 x 180 x 70 meter.

Sedangkan lapisan terdalam atau lapisan kelima berukuran masing-masing 90 meter.

Lebar masing-masing dinding benteng sekitar 4-6 meter dengan tinggi sekitar 1-3 meter.

Di antara lapisan benteng, terdapat parit dengan lebar sekitar 2-3 meter dan kedalamannya sekitar 1,5-2 meter.

Baca juga: Benteng Willemstad, Penunjang Perdagangan Cengkih di Ternate

Pada zaman dulu, parit-parit di Benteng Tujuh Lapis kedalamannya mencapai lebih dari 5 meter dan setiap lapisan dipenuhi rumpun bambu berduri (aur berduri).

Oleh karena itu, benteng ini juga dikenal dengan julukan Benteng Aur Duri.

Benteng Tujuh Lapis.Pemkab Rokan Hulu Benteng Tujuh Lapis.
Benteng Tujuh Lapis dibangun oleh Tuanku Tambusai pada abad ke-19, tepatnya pada masa Perang Padri.

Benteng ini dibangun Tuanku Tambusai untuk menangkis serangan Belanda.

Benteng Tujuh Lapis terbuat dari material tanah liat yang diambil oleh masyarakat Dalu-Dalu dari tepian Sungai Batang Sosa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com