Seperti namanya, benteng ini terbuat dari tujuh lapis dinding tanah.
Benteng Tujuh Lapis terdapat di Desa Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.
Pada 28 Juni 2023, Benteng Tujuh Lapis telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional.
Sejarah Benteng Tujuh Lapis
Benteng Tujuh Lapis berupa tujuh lapis dinding tanah berdenah persegi empat.
Saat ini, bagian yang tersisa hanya lima lapis dinding tanah yang telah ditumbuhi rerumputan.
Lapisan terluar atau lapis pertama yang tersisa berukuran 160 x 270 x 180 x 70 meter.
Sedangkan lapisan terdalam atau lapisan kelima berukuran masing-masing 90 meter.
Lebar masing-masing dinding benteng sekitar 4-6 meter dengan tinggi sekitar 1-3 meter.
Di antara lapisan benteng, terdapat parit dengan lebar sekitar 2-3 meter dan kedalamannya sekitar 1,5-2 meter.
Pada zaman dulu, parit-parit di Benteng Tujuh Lapis kedalamannya mencapai lebih dari 5 meter dan setiap lapisan dipenuhi rumpun bambu berduri (aur berduri).
Oleh karena itu, benteng ini juga dikenal dengan julukan Benteng Aur Duri.
Benteng ini dibangun Tuanku Tambusai untuk menangkis serangan Belanda.
Benteng Tujuh Lapis terbuat dari material tanah liat yang diambil oleh masyarakat Dalu-Dalu dari tepian Sungai Batang Sosa.
Demi membangun pertahanan yang kuat dari bangsa Belanda, masyarakat Dalu-Dalu membutuhkan waktu cukup lama untuk membuat tujuh lapis dinding tanah liat.
Jerih payah masyarakat pun sepadan dengan kegunaan benteng sebagai tempat yang kokoh untuk melanjutkan perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Benteng Tujuh Lapis merupakan kubu pertahanan terakhir pejuang Dalu-Dalu di bawah pimpinan Tuanku Tambusai.
Sayangnya, pada 1838, benteng ini akhirnya ditaklukkan oleh Belanda setelah pertahanan Tuanku Tambusai runtuh.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/31/230000179/sejarah-benteng-tujuh-lapis-peninggalan-tuanku-tambusai