KOMPAS.com - Nusa Penida merupakan kepulauan yang secara administratif masuk dalam Kabupaten Klungkung, Bali.
Saat ini, Nusa Penida menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali.
Daya tarik Nusa Penida ada pada keindahan pemandangan alamnya, terutama wisata pantai.
Jauh sebelum namanya masyhur di kalangan wisatawan, Nusa Penida telah dihuni oleh manusia purba.
Hal itu dibuktikan dengan keberadaan peninggalan-peninggalan dari zaman Paleolitikum yang ditemukan para ahli di beberapa gua di Nusa Penida.
Apa saja peninggalan pada zaman Paleolitikum di Nusa Penida?
Baca juga: Zaman Paleolitikum: Ciri-ciri, Peninggalan, dan Manusia Pendukung
Zaman Paleolitikum atau Batu Tua adalah periode praaksara di mana manusia purba menggunakan peralatan dari batu yang masih sangat kasar.
Di Indonesia, dua daerah yang diperkirakan sebagai pusat kebudayaan Paleolitikum adalah Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Tengah).
Peninggalan zaman Paleolitikum umumnya berupa kapak genggam, kapak perimbas, dan alat-alat serpih (flakes).
Pada 2001, I Made Suastika dari Balai Arkeologi Denpasar melakukan penelitian atau ekskavasi pendahuluan di beberapa gua di Nusa Penida.
Dari Gua Celeng, Song Gede, dan Giri Putri, didapati artefak-artefak Paleolitik berupa kapak perimbas, alat-alat serpih (flakes), dan sebagainya.
Penelitian pada 2003 dan 2004 menghasilkan penanggalan 3805 ± 25 BP.
Baca juga: Zaman Batu: Pembagian, Peninggalan, dan Kehidupan Manusia
Artefak dari situs Song Gede umumnya terbuat dari batu gamping kersikan dan dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu:
Selain benda-benda Paleolitikum, di situs ini ditemukan pula peninggalan yang berciri Neolitikum (Batu Baru), seperti beliung persegi dan fragmen periuk.
Referensi:
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.