Sayangnya, serangan itu juga belum mampu menggoyahkan kedudukan Portugis di Malaka, bahkan pasukan Aceh sendiri menderita kerugian besar.
Baca juga: Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan
Berbagai bantuan dari Kekaisaran Ottoman untuk Kerajaan Aceh ternyata juga belum mampu mengungguli teknologi, strategi, dan peralatan perang yang dimiliki bangsa Portugis.
Alih-alih menggunakan kayu, konstruksi kapal perang Portugis terbuat dari besi, sehingga tidak mudah hancur.
Serangan-serangan Aceh selama satu abad memang merepotkan, tetapi tidak cukup kuat untuk menghentikan langkah Portugis.
Memasuki tahun 1630, konflik di kawasan Malaka melibatkan pihak lebih besar, yakni dengan kongsi dagang Belanda, VOC, dan kongsi dagang Inggris, EIC.
Alhasil, baik Aceh maupun Portugis tidak lagi fokus kepada satu sama lain.
Kerajaan Aceh sempat didatangi utusan VOC yang mengajak untuk bersatu melawan Portugis.
Namun, Kerajaan Aceh menolak ajakan tersebut karena bangsa Portugis bukan lagi prioritasnya.
Baca juga: Bukti Kerajaan Aceh Maju dalam Diplomasi
Pada akhirnya, Kerajaan Aceh mempertahankan kebesarannya sendiri, sedangkan bangsa Portugis terusir dari Malaka pada 1641 setelah dikalahkan oleh VOC.
Peristiwa itu menandai akhir dari perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis.
Referensi: