Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Kompas.com - 27/05/2022, 11:10 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa yang berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-7.

Kerajaan Tarumanegara berlokasi di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Pendirinya adalah Maharesi Jayasingawarman dari India.

Selama kurang lebih tiga abad berdiri, Kerajaan Tarumanegara diketahui memiliki beragam peninggalan bersejarah, salah satunya berupa prasasti.

Apa saja prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara?

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau Prasasti Ciampea pertama kali ditemukan pada 1863 oleh pemimpin Bhataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional).

Prasasti ini terletak di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, sekitar 19 kilometer arah barat laut dari Kota Bogor.

Prasasti berukuran 200 cm x 150 cm ini berisi sebuah pesan yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Isi Prasasti Ciaruteun terdiri dari empat baris, yang ditulis dalam bentuk puisi India, sebagai berikut.

vikkrantasyavanipateh
crimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
vishnoriva padadvayam

Terjemahan isi Prasasti Ciaruteun:

"Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termasyur Purnawarman penguasa Tarumanegara."

Baca juga: Prasasti Ciaruteun: Lokasi Penemuan, Fungsi, Isi, dan Maknanya

Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau Prasasti Koleangkak ditemukan di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang.

Prasasti Jambu peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditemukan oleh Jonathan Rigg pada 1854.

Pada prasasti ini, terpahat sepasang telapak kaki yang diberi keterangan dalam bentuk puisi dua baris.

Berikut adalah terjemahan isi Prasasti Jambu.

"Yang termasyur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya."

Baca juga: Kerajaan Tarumanegara: Raja-raja, Puncak Kejayaan, dan Peninggalan

Prasasti Kebon Kopi I dan II

Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, oleh seorang pemilik perkebunan kopi, Jonathan Rigg, pada 1863.

Terdapat dua Prasasti Kebon Kopi, yang dinamai Prasasti Kebon Kopi I dan Prasasti Kebon Kopi II.

Prasati Kebon Kopi I disebut juga sebagai Prasasti Tapak Gajah, karena pada permukaannya terdapat pahatan tapak kaki gajah.

Prasasti Kebon Kopi I adalah prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berisi tentang gajah yang ditunggangi oleh Raja Purnawarman.

Sementara Prasasti Kebon Kopi II disebut juga sebagai Prasasti Pasir Muara atau Prasasti Rakryan Juru Pengambat.

Isi Prasasti Kebon Kopi II adalah tulisan dalam aksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno yang berbunyi, "Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pengambat pada tahun 458 Saka (932 Masehi), bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan Raja Sunda."

Baca juga: Prasasti Kebon Kopi I dan II

Prasasti Tugu

Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang menceritakan penggalian Sungai Gomati adalah Prasasti Tugu.

Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, dan merupakan prasasti terpanjang yang pernah dibuat oleh Raja Purnawarman.

Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara.Portal Informasi Indonesia Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang yang isinya berupa pernyataan letak ibu kota Kerajaan Tarumanegara.

Selain itu, isi Prasasti Tugu menerangkan penggalian Sungai Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggaliran sungai yang bernama Gomati sepanjang 11-12 kilometer oleh Purnawarman.

Penggalian ini dimaksudkan untuk menghindari bencana alam berupa banjir dan kekeringan yang terjadi di musim kemarau.

Baca juga: Prasasti Tugu: Letak, Isi, dan Maknanya

Prasasti Cidanghiang

Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak ditemukan di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten.

Keberadaan Prasasti Cidanghiang pertama kali diketahui atas laporan kepala Dinas Purbakala Toebagoes Roesjan pada 1947.

Isi Prasasti Cidanghiang adalah pujian kepada Purnawarman sebagai panji seluruh raja, keberanian, keagungan, dan keperwiraan yang sesungguhnya dari seluruh raja dunia.

Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten pertama kali ditemukan pada 1864 oleh N.W. Hoepermans di tepi Sungai Cisadane.

Berikut terjemahan isi Prasasti Muara Cianten.

"Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada Raja Sunda."

Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara

Prasasti Pasir Awi

Penemu Prasasti Pasir Awi adalah N.W. Hoepermans pada 1864, di kawasan hutan perbukitan Cipamingkir, Kabupaten Bogor.

Isi Prasasti Awi bukan aksara, melainkan berupa pahatan gambar dahan, ranting, daun, buah-buahan, serta sepasang telapak kaki.

 

Referensi:

  • Srinansy dan Harry Rachadian. (2010). Ensiklopedi Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Bandung: Multi Kreasi Satu Delapan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com