Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corak Agama Kerajaan Kediri

Kompas.com - 12/02/2024, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Kerajaan Panjalu atau Kerajaan Kediri adalah salah satu pecahan Kerajaan Kahuripan yang didirikan oleh Raja Airlangga.

Namanya lebih dikenal sebagai Kerajaan Kediri karena pusat pemerintahannya berada di Daha, yang lokasinya diperkirakan berada di wilayah Kediri, Jawa Timur, saat ini.

Kerajaan Kediri berdiri dari tahun 1045 hingga 1222. Salah satu rajanya yang terkenal adalah Jayabaya, yang membawa kerajaan menuju puncak kejayaan pada saat memerintah antara tahun 1135-1159.

Lantas, apa agama yang berkembang di Kerajaan Kediri?

Baca juga: Sejarah Kerajaan Kediri: Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Corak agama Kerajaan Kediri

Corak Kerajaan Kediri dapat disimpulkan dari peninggalan-peninggalannya yang tersebar di wilayah Kediri.

Dari Candi Gurah dan Candi Tondowongso, diketahui bahwa Kerajaan Kediri menganut agama Hindu Siwa.

Pada situs peninggalan Kerajaan Kediri tersebut, ditemukan arca-arca yang menunjukkan ciri agama Hindu, khususnya pemujaan kepada Siwa.

Di situs Candi Gurah misalnya, meski bangunan utama candi sudah sangat rusak, ada arca Brahma, Surya, Candra, dan Nandi, yang kondisinya masih utuh.

Di Candi Tondowongso, arca-arca yang ditemukan mirip seperti arca Candi Gurah, dengan jumlah yang lebih banyak.

Arca Candi Tondowongso terdiri dari delapan arca dewa (Brahma, Durga, Surya, Candra, Nandiswara, Agastya, Ardhanari), dua fragmen arca, dua Nandi, satu lingga, dan satu yoni.

Baca juga: 4 Candi Peninggalan Kerajaan Kediri

Selain pada candi, bukti bahwa Kerajaan Kediri bercorak agama Hindu Siwa dapat dilihat pada prasasti, petirtaan, maupun karya sastra Jawa kuno yang berasal dari masa itu.

Petirtaan di Kecamatan Kepung, Kediri, kemungkinan besar juga bersifat Hindu karena tidak tampak adanya unsur-unsur Buddha pada bangunannya.

Selain itu, beberapa prasasti menyebut nama abhiseka raja yang berarti penjelmaan Dewa Wisnu, misalnya Sri Sarwweswara Triwikramawataranindita.

Nama abhiseka raja tersebut tidak langsung membuktikan bahwa Wisnuisme mendominasi pada saat itu.

Pasalnya, landasan filosofis yang dikenal di Jawa pada masa itu selalu menganggap raja sama dengan Dewa Wisnu, dalam hal sebagai pelindung rakyat dan dunia/kerajaannya.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com