Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sunario Sastrowardoyo, Tokoh Pembicara Kongres Pemuda II

Kompas.com - 16/03/2022, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sunario Sastrowardoyo adalah seorang politisi dan diplomat yang juga menjadi tokoh sentral pada masa pergerakan nasional.

Ia merupakan tokoh yang berpidato pada saat sesi terakhir Kongres Pemuda II (27-28 OKtober 1928).

Setelah kemerdekaan, Sunario Sastrowardoyo menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia ke-7 (1953-1955) pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo.

Baca juga: Kongres Pemuda II, Lahirnya Sumpah Pemuda

Pendidikan Sunario Sastrowardoyo

Sunario Sastrowardoyo lahir di Madiun pada 28 Agustus 1902. Ia merupakan putra dari Sutejo Sastrowardoyo, seorang pembantu bupati yang membawahi beberapa camat.

Sedangkan salah satu adiknya, Sumarsono Sastrowardoyo, adalah kakek dari pelaku seni peran, Dian Sastro.

Sunario Sastrowardoyo mengawali pendidikannya di taman kanak-kanak di Madiun pada 1908.

Setelah itu, lanjut ke Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar di Madiun antara 1909 hingga 1916.

Lulus dari ELS, Sunario menempuh pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), tetapi hanya selama satu tahun karena pindah ke Sekolah Hukum (Rechtshoogeschool) di Batavia pada 1917.

Sewaktu di Batavia, ia tinggal bersama pamannya, yaitu Kusman dan Kunto. Setelah lulus dari Rechtshoogeschool, Sunario melanjutkan pendidikannya ke Universitas Leiden di Belanda.

Sunario lulus dari Leiden pada 1925 dengan gelar Meester in de Rechten atau Ahli dalam Ilmu Hukum.

Baca juga: Tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional dan Perannya

Organisasi Sunario Sastrowardoyo

Ketika sekolah di Rechtshoogeschool, Sunario Sastrowardoyo mulai bergabung dalam organisasi Jong Java.

Kemudian, selama di Belanda, ia tercatat sebagai anggota Perhimpunan Indonesia (PI), bahkan diangkat sebagai sekretaris.

Sunario mulai tergabung dalam organisasi-organisasi tersebut salah satunya terinspirasi dari sang ayah, yang tegas membela rakyat.

Ia pun turut merumuskan dan mencetuskan manifesto politik Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Pada 1926, Sunario kembali ke Indonesia dan memimpin kepanduan Nationale Padvinders Organisatie (NPO).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com