Selain itu, bersama dengan rekan-rekannya, ia ikut mendirikan Perhimpunan Jong Indonesia pada 20 Februari 1927, yang kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia pada Desember 1927.
Baca juga: Perhimpunan Indonesia: Organisasi Pertama yang Pakai Istilah Indonesia
Setelah mendirikan Pemuda Indonesia, Sunario Sastrowardoyo terlibat dalam beberapa peristiwa penting menjelang kemerdekaan Indonesia.
Pasalnya, Pemuda Indonesia bersama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPPI) menjadi pelopor dilaksanakannya Kongres Pemuda II, yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Peran Sunario Sastrowardoyo dalam Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 adalah sebagai penasihat dan pembicara.
Ketika Sunario sedang berpidato pada sesi terakhir kongres, rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh seseorang di selembar kertas. Tokoh yang menulis rumusan tersebut adalah Mohammad Yamin.
Sebagai bentuk lanjutan dari Sumpah Pemuda, Sunario mendirikan People's College pada 11 Desember 1929.
Setelah proklamasi kemerdekaan, ia sempat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sebuah badan pemerintah yang ditugaskan untuk membantu Presiden Indonesia pasca-kemerdekaan.
Baca juga: Sumpah Pemuda Keturunan Arab 1934
Setelah Indonesia merdeka, Sunario menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sejak 1 Agustus 1953 hingga 24 Juli 1955, pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo.
Selama menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, ia juga menjadi Kepala Delegasi Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.
Sunario juga ikut menandatangani Perjanjian Kewarganegaraan Ganda Tionghoa bersama diplomat Tiongkok, Zhou Enlai.
Setelah Kabinet Ali berakhir, ia ditunjuk menjadi duta besar Indonesia untuk Inggris periode 1956-1961.
Usai tidak lagi menjadi duta besar Indonesia, Sunario bekerja sebagai guru besar politik dan hukum di Universitas Diponegoro.
Pada 1968, ia berinisiatif mengumpulkan para tokoh Sumpah Pemuda dan meminta Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, untuk mengelola dan merenovasi bangunan asli yang ada di Jalan Kramat Jaya 106.
Pada akhirnya, gedung itu dijadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Baca juga: Jatuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo II
Setelah pensiun, pada 1974, Sunario menjadi Panitia Lima, yang dibentuk oleh pemerintah sebagai respons dari kegemparan masyarakat akan siapa sebenarnya pencipta Pancasila.
Sunario Sastrowardoyo wafat pada 18 Mei 1997 di Jakarta. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Referensi: