Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sunario Sastrowardoyo, Tokoh Pembicara Kongres Pemuda II

Ia merupakan tokoh yang berpidato pada saat sesi terakhir Kongres Pemuda II (27-28 OKtober 1928).

Setelah kemerdekaan, Sunario Sastrowardoyo menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia ke-7 (1953-1955) pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo.

Pendidikan Sunario Sastrowardoyo

Sunario Sastrowardoyo lahir di Madiun pada 28 Agustus 1902. Ia merupakan putra dari Sutejo Sastrowardoyo, seorang pembantu bupati yang membawahi beberapa camat.

Sedangkan salah satu adiknya, Sumarsono Sastrowardoyo, adalah kakek dari pelaku seni peran, Dian Sastro.

Sunario Sastrowardoyo mengawali pendidikannya di taman kanak-kanak di Madiun pada 1908.

Setelah itu, lanjut ke Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar di Madiun antara 1909 hingga 1916.

Lulus dari ELS, Sunario menempuh pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), tetapi hanya selama satu tahun karena pindah ke Sekolah Hukum (Rechtshoogeschool) di Batavia pada 1917.

Sewaktu di Batavia, ia tinggal bersama pamannya, yaitu Kusman dan Kunto. Setelah lulus dari Rechtshoogeschool, Sunario melanjutkan pendidikannya ke Universitas Leiden di Belanda.

Sunario lulus dari Leiden pada 1925 dengan gelar Meester in de Rechten atau Ahli dalam Ilmu Hukum.

Organisasi Sunario Sastrowardoyo

Ketika sekolah di Rechtshoogeschool, Sunario Sastrowardoyo mulai bergabung dalam organisasi Jong Java.

Kemudian, selama di Belanda, ia tercatat sebagai anggota Perhimpunan Indonesia (PI), bahkan diangkat sebagai sekretaris.

Sunario mulai tergabung dalam organisasi-organisasi tersebut salah satunya terinspirasi dari sang ayah, yang tegas membela rakyat.

Ia pun turut merumuskan dan mencetuskan manifesto politik Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Pada 1926, Sunario kembali ke Indonesia dan memimpin kepanduan Nationale Padvinders Organisatie (NPO).

Selain itu, bersama dengan rekan-rekannya, ia ikut mendirikan Perhimpunan Jong Indonesia pada 20 Februari 1927, yang kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia pada Desember 1927.

Peran Sunario Sastrowardoyo

Setelah mendirikan Pemuda Indonesia, Sunario Sastrowardoyo terlibat dalam beberapa peristiwa penting menjelang kemerdekaan Indonesia.

Pasalnya, Pemuda Indonesia bersama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPPI) menjadi pelopor dilaksanakannya Kongres Pemuda II, yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Peran Sunario Sastrowardoyo dalam Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 adalah sebagai penasihat dan pembicara.

Ketika Sunario sedang berpidato pada sesi terakhir kongres, rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh seseorang di selembar kertas. Tokoh yang menulis rumusan tersebut adalah Mohammad Yamin.

Sebagai bentuk lanjutan dari Sumpah Pemuda, Sunario mendirikan People's College pada 11 Desember 1929.

Setelah proklamasi kemerdekaan, ia sempat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sebuah badan pemerintah yang ditugaskan untuk membantu Presiden Indonesia pasca-kemerdekaan.

Setelah Indonesia merdeka, Sunario menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sejak 1 Agustus 1953 hingga 24 Juli 1955, pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo.

Selama menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, ia juga menjadi Kepala Delegasi Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.

Sunario juga ikut menandatangani Perjanjian Kewarganegaraan Ganda Tionghoa bersama diplomat Tiongkok, Zhou Enlai.

Setelah Kabinet Ali berakhir, ia ditunjuk menjadi duta besar Indonesia untuk Inggris periode 1956-1961.

Usai tidak lagi menjadi duta besar Indonesia, Sunario bekerja sebagai guru besar politik dan hukum di Universitas Diponegoro.

Pada 1968, ia berinisiatif mengumpulkan para tokoh Sumpah Pemuda dan meminta Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, untuk mengelola dan merenovasi bangunan asli yang ada di Jalan Kramat Jaya 106.

Pada akhirnya, gedung itu dijadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.

Wafat

Setelah pensiun, pada 1974, Sunario menjadi Panitia Lima, yang dibentuk oleh pemerintah sebagai respons dari kegemparan masyarakat akan siapa sebenarnya pencipta Pancasila.

Sunario Sastrowardoyo wafat pada 18 Mei 1997 di Jakarta. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Referensi: 

  • Gayatri. Sri Indra. (2007). Sejarah Pemikiran Indonesia: 1945-1966. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/16/100000779/sunario-sastrowardoyo-tokoh-pembicara-kongres-pemuda-ii

Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke