Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakualaman: Sejarah Berdirinya, Raja-raja, dan Pemerintahan

Kompas.com - 29/11/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Pakualaman adalah pecahan Kasultanan Yogyakarta yang dibentuk berdasarkan kontrak politik antara pemerintah Britania Raya dengan Pangeran Notokusumo.

Pangeran Notokusumo adalah putra Sultan Hamengkubuwono I dari selirnya yang bernama Raden Ayu Srenggorowati.

Status praja atau Kadipaten Pakualaman mirip dengan Praja Mangkunegaran di Surakarta.

Dengan pembentukan Pakualaman pada 1813, Kesultanan Mataram resmi terpecah menjadi empat kekuasaan.

Sejarah berdirinya Pakualaman

Polemik di Kasultanan Yogyakarta

Sejarah berdirinya Pakualaman berawal pada 1808, ketika Herman Willem Daendels diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Kebijakan Daendels ternyata mendapatkan tentangan dari Sultan Hamengkubuwono II, yang saat itu bertakhta di Kasultanan Yogyakarta.

Baca juga: Hamengkubuwono, Paku Alam, Pakubuwono, Mangkunegara, Apa Bedanya?

Akibat tindakannya itu, Sultan Hamengkubuwono II dilengserkan. Daendels kemudian mengangkat GRM Soerojo sebagai raja baru bergelar Sultan Hamengkubuwono III.

Sedangkan saudara tiri Hamengkubuwono II, Pangeran Notokusumo, yang juga ikut menentang Daendels, ditangkap dan dibawa ke Batavia.

Pada 1811, ketika kekuasaan kolonial Belanda di Pulau Jawa direbut oleh Inggris, Thomas Stamford Raffles dikirim untuk menjabat sebagai Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa.

Untuk mendapatkan dukungan penguasa lokal, Raffles kemudian membebaskan Pangeran Notokusumo dan berjanji akan mengembalikan Hamengkubuwono II ke posisinya sebagai sultan.

Sementara itu, Hamengkubuwono III akan diturunkan kembali statusnya menjadi putra mahkota.

Baca juga: Raja Pakualaman VIII, BRMH Sularso Kunto Suratno

Geger Sepehi

Proposal yang diberikan Inggris itu ternyata diikuti dengan beberapa syarat yang merugikan Keraton Yogyakarta.

Salah satu syarat yang ditolak oleh Sultan Hamengkubuwono II adalah pembubaran prajurit keraton. Akibatnya, sultan berencana untuk menyerang Inggris.

Namun, rencana itu dibocorkan oleh Pangeran Notokusumo kepada Inggris, sehingga meletus pertempuran berdarah pada Juni 1812, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Geger Sepehi.

Hasil dari pertempuran itu Hamengkubuwono II ditangkap dan diasingkan ke Ambon. Sebagai penggantinya, pemerintah Inggris mengembalikan Hamengkubuwono III ke singgasana keraton.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com