KOMPAS.com - Oei Ing Kiat adalah seorang Muslim keturunan Tionghoa yang menjadi tokoh sentral dalam Perang Kuning (1741-1743).
Dalam perang itu, ia mengorganiasasikan laskar Tionghoa, Jawa, dan para santri, untuk menyerang penjajah Belanda.
Perjuangan melawan bangsa penjajah masih dilakukan Oei Ing Kiat hingga akhir hidupnya pada 1750.
Oei Ing Kiat adalah seorang saudagar kaya keturunan Tionghoa yang memiliki banyak kapal di pelabuhan Lasem, Jawa Tengah.
Apabila ditelusuri asal-usulnya, ia adalah keturunan Bi Nang Oen, seorang pujangga di Campa yang datang ke Nusantara bersama armada Laksamana Cheng Ho.
Setelah mendarat di Lasem pada sekitar abad ke-15, Bi Nang Oen menjadi penyebar agama Islam.
Sebagai seorang Muslim keturunan Tionghoa dan kaya raya, Oei Ing Kiat dikenal sangat dermawan terhadap penduduk pribumi di wilayahnya.
Baca juga: Perang Kuning: Latar Belakang, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Oei Ing Kiat diketahui sangat loyal terhadap Adipati Lasem, Raden Sasongko Tejakusuma V, dan dekat dengan kalangan keluarga ningrat di wilayah tersebut.
Karena itu pula, ia berteman baik dengan Raden Panji Margono, putra Tejakusuma V.
Saat Tejakusuma V mengundurkan diri dari jabatannya, Raden Panji Margono seharusnya menjadi adipati selanjutnya.
Namun, Raden Panji Margono menolak, sehingga jabatan Adipati Lasem diberikan kepada Oei Ing Kiat.
Pada 1727, Oei Ing Kiat dilantik oleh Pakubuwono II dari Mataram sebagai Adipati Lasem dengan gelar Tumenggung Widyaningrat.
Sekalipun telah menjabat sebagai Adipati Lasem, ia tidak menempati puri kadipaten karena sangat menghormati Tejakusuma V.
Puri Kadipaten Lasem tetap ditinggali keluarga Tejakusuma V, sementara Oei Ing Kiat membangun puri sendiri di sebelah utara masjid kota.
Mengenai pandangannya terhadap Belanda, Oei Ing Kiat menaruh kebencian mendalam atas praktik monopoli perdagangan dan intervensi politik yang dilakukan kepada Kerajaan Mataram Islam.