Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamengkubuwono IV, Sultan Termuda Yogyakarta

Kompas.com - 24/09/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sri Sultan Hamengkubuwono IV adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah sejak 1814 hingga 1822. 

Masa pemerintahannya terbilang sangat singkat, dua tahun, karena Sultan Hamengkubuwono IV wafat pada 6 Desember 1823 setelah berkunjung dari pesanggrahannya. 

Selama memimpin, Hamengkubuwono IV telah membuat berbagai kebijakan, tetapi dikendalikan oleh Ibu Ratu, Patih Danurejo IV, dan Belanda.

Hal itu disebabkan oleh usia Hamengkubuwono IV yang masih sangat muda. 

Ia naik takhta di usia yang baru 10 tahun. 

Baca juga: Profil Sri Sultan Hamengku Buwono X

Awal Kehidupan

Hamengkubuwono IV yang bernama asli Gusti Raden Mas Ibnu Jarot lahir pada 3 April 1804.

Ia ditunjuk sebagai putera mahkota saat penobatan ayahnya sebagai sultan pada 21 Juni 1812. 

Tidak lama kemudian, Gusti Raden Mas Ibnu Jarot naik takhta sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono IV pada 9 November 1814, ketika baru berusia 10 tahun. 

Karena masih sangat muda, maka pemerintahannya didampingi oleh wali raja, yaitu Pangeran Notokusumo yang bergelar Paku Alam I. 

Ia menjabat sebagai wali hingga Sultan berusia 16 tahun, pada 1820. 

Namun, menjelang penyerahan kekuasaan Inggris ke Belanda tahun 1816, ibunda Sultan dan Patih Danurejo IV yang kemudian menjalankan wewenang sebagai wali sultan.

Baca juga: Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia 

Konflik

Sri Sultan Hamengkubuwono IV sangat dekat dengan kakaknya, Pangeran Diponegoro. 

Kedekatan mereka dapat terlihat saat Hamengkubuwono IV hendak khitan, 22 Maret 1815, Pangeran Diponegoro lah yang menutup mata adiknya dengan kedua tangannya. 

Sayangnya, kedekatan Pangeran Diponegoro dengan Keraton mulai meregang saat Patih Danurejo IV semakin menancapkan pengaruhnya di kasultanan.

Patih Danurejo IV mendukung sistem sewa tanah untuk swasta yang mengakibatkan kesengsaraan bagi penduduk kasultanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com