KOMPAS.com - Pembantaian Santa Cruz adalah peristiwa penembakan terhadap kurang lebih 250 pengunjuk rasa pro-kemerdekaan Timor Timur.
Pembantaian Santa Cruz terjadi di Timor Timur pada 12 November 1991, di tengah pendudukan Indonesia di Timor Leste.
Peristiwa Pembantaian Santa Cruz memakan sebanyak 273 korban jiwa.
Oleh sebab itu, peristiwa Pembantaian Santa Cruz diakui sebagai bagian dari genosida Timor Timur.
Baca juga: Integrasi Timor Timur ke Indonesia masa Orde Baru
Pada bulan Oktober 1991, dijadwalkan akan ada delegasi dari anggota parlemen Portugal dan 12 wartawan akan berkunjung ke Timor Timur.
Mendengar kabar tersebut, para mahasiswa sudah antusias untuk menyambut kedatangan delegasi ini.
Para mahasiswa pro-kemerdekaan ini berharap dengan datangnya delegasi serta 12 wartawan ini akan membantu mereka menyuarakan isu-isu perjuangan di Timor Timur.
Namun, pemerintah Indonesia membatalkan rencana tersebut.
Indonesia keberatan bila kunjungan delegasi disertai para jurnalis, sementara di dalam negeri sendiri jurnalisme dibungkam.
Dari jauh hari sebelumnya, para pemuda Timor Leste sudah mempersiapkan sambutan atas kunjungan delegasi Portugal tersebut.
Namun, gerakan mereka ternyata diketahui oleh pemerintah Indonesia.
Para pemuda Timor Leste yang membuat spanduk-spanduk penyambutan delegasi Portugal di gereja Moteal Dili terus diawasi gerak-geriknya oleh TNI.
Hingga pada malam 27 Oktober 1991, sekelompok provokator yang bekerja untuk intelijen Indonesia mengejek para aktivis pro-kemerdekaan dan memancing mereka untuk ribut.
Para pemuda Timor Leste pun terpancing dan terjadi perkelahian malam itu juga.
Pagi harinya, 28 Oktober 1991, jasad aktivis pro-kemerdekaan, Sebastio Gomez, ditemukan tergeletak di dekat gereja Moteal.
Baca juga: Timor Leste, Negara Bekas Bagian Indonesia
Pembantaian
Dua minggu setelahnya, pagi 12 November 1991, Pastur Alberto Ricardo memimpin misa arwah untuk memperingati kematian Gomez di gereja Moteal Dili.
Misa tersebut diikuti oleh ribuan umat Katolik Timor Leste.
Saat misa selesai pukul 07.00, sekitar 500 orang keluar dari gereja sambil membentangkan spanduk bergambar pemimpin pro-kemerdekaan Timor Leste Xanana Gusmao.
Mereka terus meneriakkan "Timor Leste! Timor Leste! Timor Leste!" sembari berjalan.
Para pengunjuk rasa terus berjalan hingga sekitar 4 kilometer menuju pemakaman Santa Cruz, tempat Gomez dimakamkan.
Sesampainya di pemakaman, tentara Indonesia sudah bersiaga di sana yang terdiri dari pasukan Kompi A Brimob 5485, Kompi A dan Kompi D Batalion 303, dan Kompi campuran.
Menurut kesaksian, tentara Indonesia menembaki massa secara brutal diikuti dengan berondongan senapan otomatis selama beberapa menit.
Saat itulah, kondisi menjadi sangat kacau. Suara sirine dan letusan tembakan terus terdengar.
Para demonstran ada yang berlarian dan ada juga yang berusaha mencari persembunyian di balik nisan-nisan Santa Cruz.
Baca juga: Sejarah Timor Leste
Insiden pembantaian Santa Cruz yang terjadi tanggal 12 November 1991 telah menewaskan 50 warga sipil Timor Timur.
Selain itu, menurut laporan lain, disebutkan ada ratusan orang luka-luka dan puluhan tewas terkena peluru tentara Indonesia.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih rinci, ada 273 orang tewas dari insiden pembantaian Santa Cruz.
Awal tahun 1992, Mabes AD melalui Dewan Kehormatan Militer memecat Panglima Daerah Militer IX Udayana Mayjen Sintong Panjaitan.
Meskipun sejumlah komandan yang diduga terlibat dalam Santa Cruz sudah dipecat, Jakarta tetap melancarkan operasi militer di Timor Timur.
Bahkan, setelah pembantaian Santa Cruz terjadi, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengeluarkan lisensi penjualan 300 jenis peralatan militer ke Indonesia.
Beberapa peralatan yang dijual adalah senapan mesin dan M-16 hingga komponen elektronik, dari alat komunikasi hingga suku cadang pesawat tempur.
Dari kejadian ini, maka tentara Indonesia yang dipimpin Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno dituding melakukan pelanggaran HAM.
Selain itu, pimpinan kemerdekaan Timor Timur Xanana Gusmao juga ditangkap pada 20 November 1992.
Referensi:
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.