Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bone Culture: Pengertian dan Hasil Kebudayaan

Kompas.com - 02/09/2021, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bone Culture merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut alat-alat peninggalan manusia purba yang terbuat dari tulang.

Di Indonesia, pembuatan alat-alat tulang pada tingkat Plestosen sementara ini hanya diketahui di Ngandong.

Dari penggalian di lokasi itu, ditemukan alat-alat tulang yang berupa sudip dan mata tombak yang bergerigi pada kedua belah sisinya.

Tradisi Bone Culture kemudian berlanjut pada kala pasca-Plestosen, terutama dalam kehidupan di gua-gua.

Asal-usul Bone Culture

Bone Culture merupakan hasil kebudayaan Zaman Mesolitikum yang umumnya ditemukan di gua-gua atau abris sous roche.

Stein Callenfels berpendapat bahwa tradisi alat-alat tulang yang ditemukan di Indonesia, khususnya dari penggalian di Gua Lawa di Sampung, berasal dari Vietnam Selatan dan Annam.

Kesimpulan tersebut didapatkan setelah meneliti persamaan antara alat-alat tulang dari lokasi tersebut.

Dari Vietnam dan Annam, Bone Culture mencapai daerah Jawa Timur dan kemudian berkembang lebih lanjut di gua-gua.

Baca juga: Zaman Mesolitikum: Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri

Sampung Bone Culture

Adapun temuan alat tulang yang terkenal di Jawa adalah artefak dari Gua Lawa di Sampung, yang letaknya sekitar 18 km di sebelah barat laut dari pusat Kota Ponorogo.

Alat-alat tulang yang ditemukan di lokasi ini sangat melimpah dengan berbagai variasi bentuk, hingga akhirnya dikenal dengan nama Sampung Bone Culture.

Awalnya, alat-alat tulang di Gua Lawa ditemukan oleh seorang ahli geologi bernama L.J.C. van Es.

Namun, ekskavasi yang sistematis baru dilakukan kemudian oleh Stein Callenfels antara 1928-1931.

Temuan terpenting dari penggalian tersebut berupa alat-alat dari tulang dan tanduk.

Produk alat tulang tersebut meliputi lancipan atau sudip, belati dari tanduk, dan beberapa mata kail.

Temuan-temuan itu didominasi oleh alat berupa sudip tulang, yang jumlahnya mencapai 99 buah dan dapat dibedakan ke dalam dua kategori.

Yang pertama adalah sudip dari tulang panjang yang dibelah memanjang dan rata pada bagian tajamnya.

Sementara sudip kategori kedua terbuat dari tulang-tulang pipih yang dikeraskan dengan api dan digosok.

Para sejarawan menduga sudip tersebut digunakan sebagai alat untuk mengorek dan membersihkan kulit umbi-umbian.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com