KOMPAS.com - Masa bercocok tanam lahir melalui proses panjang dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidup pada periode-periode sebelumnya.
Periode ini amat penting dalam sejarah perkembangan dan peradaban masyarakat, karena beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat.
Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir manusia prasejarah semakin terasah untuk menjawab tantangan alam.
Masa bercocok tanam dimulai sekitar 10.000 tahun lalu, bersamaan dengan Zaman Neolitikum.
Kehidupan masyarakat masa bercocok tanam ditandai oleh perubahan tradisi yang semula mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing).
Jenis manusia pendukung dari periode ini adalah Proto Melayu, antara lain suku Dayak, Toraja, Sasak, dan Nias.
Masa bercocok tanam sering disebut sebagai masa revolusi kebudayaan karena terjadi perubahan besar pada berbagai corak kehidupan masyarakat praaksara.
Secara ekonomi, manusia purba pada periode ini telah berhasil mengolah makanan sendiri (food producing).
Masyarakatnya mulai membuka hutan kemudian menanaminya dengan sayur dan buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Sementara binatang buruan yang mereka tangkap mulai dipelihara dan diternak.
Hewan yang diternakkan antara lain kerbau, kuda, sapi, babi, dan unggas.
Selain itu, masyarakatnya diperkirakan telah mengenal sistem pertukaran barang alias barter.
Baca juga: Zaman Neolitikum: Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan
Ketika beralih dari kegiatan mengumpul makanan ke kehidupan bercocok tanam, pola hunian manusia purba pun berubah.
Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat atau nomaden, tetapi menetap di suatu wilayah.
Pemilihan tempat tinggal biasanya dipengaruhi oleh sumber air dan dekat dengan alam yang diolahnya.