Kondisi pemerintahan pada masa Airlangga menjadi raja dapat diketahui dari sumber sejarah Kerajaan Kahuripan yang berupa prasasti.
Pada awal berdirinya kerajaan, wilayah kekuasaannya hanya meliputi daerah Sidoarjo, Pasuruan, dan sebagain Mojokerto.
Oleh karena itu, sebagian besar masa pemerintahan Raja Airlangga dipenuhi dengan peperangan untuk menaklukkan kembali wilayah-wilayah yang pernah melepaskan diri dari Kerajaan Medang.
Dari Prasasti Pucangan, dapat diketahui bahwa antara tahun 1029-1037, Raja Airlangga menyerang semua musuh yang memiliki andil dalam runtuhnya Kerajaan Medang bersama Raja Wurawari.
Setelah semua musuh dapat ditaklukkan, sang raja memusatkan perhatiannya untuk membangun kerajaan.
Kemajuan pada masa pemerintahannya dapat dilihat dari pesatnya pembangunan, termasuk pembangunan bendungan, pelabuhan, dan jalan.
Raja Airlangga juga meringankan beban pajak rakyatnya yang sering terkena musibah.
Selain itu, pada masa pemerintahan Raja Airlangga terdapat seorang pujangga ulung bernama Mpu Kanwa, yang terkenal dengan karyanya berjudul kitab Arjunawiwaha.
Baca juga: Kitab Sutasoma: Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika
Disebutkan dalam Prasasti Pamwatan bahwa menjelang akhir pemerintahannya, Raja Airlangga memindahkan ibu kota kerajaan ke Daha (Kediri).
Di saat yang sama, ia tengah berhadapan dengan masalah suksesi kerajaan karena putrinya, Sri Sanggramawijaya Dharmmaprasadottunggadewi, yang seharusnya mewarisi takhta justru memilih untuk menjadi pertapa.
Persoalan muncul ketika anak laki-laki Dharmawangsa Teguh, yaitu Samarawijaya, menuntut haknya.
Oleh sebab itu, Raja Airlangga memutuskan membagi Kerajaan Kahuripan untuk putranya, Mapanji Garasakan, dan sepupunya, Sri Samarawijaya.
Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan, sementara Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya.
Peristiwa pembagian kekuasaan ini menandai akhir dari pemerintahan Kerajaan Kahuripan.
Setelah turun takhta, Airlangga memilih untuk menjadi pertapa hingga akhir hayatnya pada 1049.
Dengan begitu, Airlangga menjadi pendiri sekaligus satu-satunya raja Kerajaan Kahuripan.
Referensi: