Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis-Jenis Hubungan Sosial

Kompas.com - 08/09/2023, 15:00 WIB
Serafica Gischa

Editor

Proses sosial disosiatif

Kebalikan dari proses sosial asosiatif, proses sosial disosiatif justru bersifat negatif bahkan berpotensi merugikan orang lain.

Sama seperti hubungan sosial asosiatif, hubungan sosial disosiatif juga terbagi menjadi beberapa bentuk yaitu persaingan, kontroversi, dan konflik.

Berikut uraiannya: 

  • Persaingan

Sejak kecil, kita mengenal yang namanya persaingan. Namun, setelah dewasa terutama setelah lulus sekolah, baru kita menyadari betapa ketatnya persaingan yang ada di dunia ini.

Persaingan sebenarnya adalah hal yang wajar mengingat ada milyaran orang yang tinggal di dunia ini dan semuanya berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam bidangnya masing-masing. Bahkan, jika kamu tidak mau bersaing, persaingan itu akan tercipta begitu saja.

Persaingan sendiri pada dasarnya adalah usaha untuk keberhasilan tanpa menggunakan kekerasan, baik itu secara verbal maupun non verbal. Meski di dunia nyata, persaingan tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi efek yang dihasilkan dari persaingan bisa jadi sangat buruk.

Misalnya, di Korea Selatan, warga negaranya terbiasa bersaing untuk mendapatkan tempat terbaik. Bahkan, siswa SMA di sana bersaing secara “gila-gilaan” untuk mendapatkan peringkat pertama di kelasnya.

Persaingan yang ketat, membuat banyak warga negara Korea Selatan merasa sangat stres dan tidak sedikit juga yang jatuh ke jurang depresi.

Baca juga: Pengendalian Sosial Formal: Pengertian dan Contohnya

  • Kontroversi

Selain persaingan, bentuk lain dari proses sosial disosiatif adalah kontroversi. Bisa dibilang, kontroversi satu tingkat lebih berbahaya dari persaingan. Persaingan setidaknya tidak melibatkan kekerasan, tetapi kontroversi justru sebaliknya.

Orang-orang tidak lagi menyembunyikan kebencian mereka kepada orang lain. Bahkan, jika dibiarkan, kontroversi akan berubah menjadi konflik yang berujung pada tindak kekerasan.

  • Konflik

Konflik menjadi bentuk proses sosial disosiatif yang paling terakhir, sekaligus juga menjadi yang paling berbahaya.

Konflik sendiri biasanya dimulai dari perbedaan pendapat atau karakter yang kemudian memicu rasa saling tidak menyukai antara satu orang ke orang lainnya, atau satu kelompok ke kelompok lainnya.

Orang yang terlibat konflik secara terang-terangan menunjukkan rasa ketidaksukaannya kepada orang lain atau kelompok. Untuk memadamkan sebuah konflik, biasanya kita membutuhkan pihak ketiga yang bersifat netral dan dapat menjadi penengah.

Ketika ada sebuah konflik yang terjadi di kelompok atau orang terdekat, kamu tidak bisa diam saja. kamu harus berani menengahi konflik yang ada, agar konflik itu tidak berakhir menjadi kekerasan.

Baca juga: Hubungan Sosiologi dengan Fenomena Sosial

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com