Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Terjadinya Petir secara Fisika dan Perlindungannya

Kompas.com - 10/10/2022, 07:00 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri

Editor

Makin lama, potensi listrik yang bermuatan positif dan negatif di awan, terpisah satu sama lain.

Baca juga: Mengapa Hujan Deras Selalu Diikuti Awan Mendung dan Petir?

Di mana kristal salju bermuatan positif, bergerak ke bagian atas. Sementara kristal berat bermuatan negatif dan tetesan air turun ke bawah.

Bagian awan elektron atau muatan listrik negatif, akan mencari dan menuju muatan listrik positif. Sehingga terbentuklah loncatan elektron berupa lidah api yang kita kenal sebagai petir.

Karena Bumi merupakan medan listrik yang amat besar dan bermuatan negatif dan positif, elektron dari awan juga bisa meloncat menuju bagian permukaan Bumi yang bermuatan listrik.

Loncatan elektron ini juga terjadi ketika kita mencoba mencolokkan barang elektronik ke bagian listrik yang kadang muncul percikan api.

Setelah petir meloncat ke tanah, petir akan kembali menuju awan mengikuti saluran yang sama dengan jalur yang dilaluinya.

Proses terjadinya petir atau kilat membutuhkan sedikit waktu untuk pergi dari titik A ke titik B. Sementara udara panas tidak memiliki waktu untuk bergerak, akibatnya ruang pada udara terbelah.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Pesawat Tersambar Petir?

Udara panas kemudian dikonversi, sehingga tekanan udara meningkat antara 10-100 kali melebihi tekanan udara normal pada atmosfer.

Tekanan udara ini akan meledak keluar dari saluran listrik, membentuk gelombang kejut partikel yang dikompresi ke segala arah. Sehingga memunculkan suara ledakan atau guntur.

Perlindungan terhadap sambaran petir

Ada beberapa metode untuk melindungi diri serta lingkungan dari sambaran petir. Metode yang paling sederhana tetapi sangat efektif adalah Sangkar Faraday. 

Metode ini dilakukan dengan melindungi area yang hendak diamankan menggunakan konduktor yang dihubungkan dengan pembumian.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com