Kemudian di 1931, Lemaitre menemukan bahwa perluasan alam semesta saat ini berasal dari alam semesta yang sangat kecil di masa lalu.
Ia berpendapat bahwa seluruh massa di alam semesta ini akan terkonsentrasi kembali menjadi satu titik, di mana struktur ruang dan waktu berasal.
Penemuan ini memicu perdebatan di antara fisikawan sepanjang 1920 hingga 1930-an. Mayoritas menyatakan bahwa alam semesta berada dalam keadaan stabil. Dari banyak ilmuwan tersebut, gagasan Lemaitre tampak lebih teologis daripada ilmiah.
Teori lain juga bermunculan selama periode tersebut, seperti Model Milne dan model Oscillary Universe. Dua teori ini didasarkan pada teori relativitas umum Einstein, dan menyatakan bahwa alam semesta mengikuti siklus mandiri yang tidak terbatas.
Baca juga: Teori Nebula
Setelah Perang Dunia II, perdebatan memuncak di antara pendukung teori Steady State oleh astronom Fred Hoyle dan pendukung teori Big Bang.
Namun, ada bukti pengamatan yang akhirnya mendukung Big Bang daripada Steady State.
Penemuan dan konfirmasi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik pada 1965, memastikan bahwa Big Bang menjadi teori terbaik tentang asal-usul dan evolusi alam semesta.
Kemajuan signifikan mengenai pengetahuan alam semesta dipengaruhi adanya kemajuan dalam bidang satelit, teleskop, dan simulasi komputer, yang memungkinkan astronom dan ahli kosmologi melihat alam semesta lebih banyak, dan mendapat pemahaman lebih baik mengenai usia sebenarnya.
Demikian pula adanya teleskop ruang angkasa, seperti Cosmic Background Explorer (COBE), Teleskop Luar Angkasa Hubble, Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP), dan Observatorium Planck memiliki nilai tak terukur terhadap kemajuan pengetahuan.
Baca juga: J0313-1806, Lubang Hitam Tertua di Alam Semesta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.