Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Bagaimana Masa Depan Zoologi di Indonesia?

Kompas.com - 18/07/2023, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Masyarakat pecinta alam di masa pemerintahan kolonial Belanda di awal abad ke-20 menyatakan keprihatinan dan melakukan tekanan terhadap pemerintah di kala itu untuk mengatur perlindungan terhadap berbagai jenis hewan, khususnya burung cenderawasih.

Pada tahun 1912 di Bogor para naturalis Belanda itu membentuk perkumpulan “Nederlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming” yang memelopori pembuatan peraturan pemerintah dan menuliskan hasil penelitian tentang perlindungan jenis satwa dan tumbuhan.

Baca juga: Hewan Apa yang Hidup di Dasar Palung Terdalam di Bumi?

Pendidikan tinggi biologi di Indonesia secara resmi telah dimulai sejak tahun 1947 dengan berdirinya Fakulteit van Exacte Wetenschap di Bandung dan terbentuknya Seksi Zoologi yang seluruh tenaga pengajarnya berasal dari Eropa (Denmark, Belanda, dan Swiss).

Doktor pertama bidang zoologi yang berkewarganegaraan Indonesia adalah Prof. Dr. Doddy Tisna Amidjaja yang lulus pada tahun 1956 dari Universitas Bonn, Jerman.

Beliau dikukuhkan sebagai guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1961 dan melanjutkan karir sebagai Rektor ITB, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Hingga kini, jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang menawarkan program studi zoologi masih dapat dihitung dengan jari.

Mata kuliah zoologi dasar yang mengajarkan ilmu untuk mengkaji fauna Indonesia baik dari segi keanekaragamannya, anatomi, perilaku, ekologi, maupun pelestariannya pun tampaknya secara umum tidak cukup berkembang sejak tahun 1950an.

Meskipun zoologi dapat dikaitkan dengan bidang-bidang terapan, seperti halnya pemanfaatan satwa sebagai komoditas perdagangan dan kesehatan, minat masyarakat untuk terjun di bidang ilmu hewan baik sebagai periset maupun praktisi terapannya relatif kurang.

Jika boleh dibandingkan dengan minat studi generasi muda Indonesia di bidang keteknikan atau ilmu-ilmu sosial humaniora, bisa diperkirakan bahwa paling tidak terdapat 100 calon mahasiswa teknik di jurusan tertentu untuk setiap satu calon mahasiswa dengan peminatan zoologi.

Baca juga: Seperti Apa Bentuk Hewan Pertama yang Ada di Bumi?

Bahkan boleh jadi terdapat 200 orang calon untuk peminatan bidang studi komunikasi misalnya, untuk seorang peminat studi zoologi.

Jumlah total keanekaragaman fauna Indonesia sangat besar jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang menyelenggarakan program studi zoologi, seperti misalnya Australia, Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Swedia, Jerman, dan Singapura.

Keberadaan departemen zoologi di kampus-kampus universitas negeri di negara-negara ini mengindikasikan minat masyarakat yang cukup baik terhadap bidang ilmu dasar hewani ini.

Meskipun keanekaragaman hayati khususnya fauna di negara-negara tersebut jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan kekayaan fauna yang terdapat di Indonesia, tradisi riset fauna berkembang dan tetap terjaga.

Sebagai contoh, Department of Zoology di Universitas Cambridge dimulai dengan riset tentang sirkulasi darah dan pertumbuhan anak ayam.

Selama proses perkembangannya selama 430 tahun, zoologi di kampus tua ini mencatat peristiwa-peristiwa monumental seperti terbentuknya koleksi tulang dan spesimen utuh berbagai jenis burung, di antaranya adalah koleksi Charles Darwin yang berasal dari perjalanannya ke Amerika Selatan dan melintasi benua melalui Australia dan Selandia Baru pada rentang tahun 1831 - 1836.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com