Suez dan timnya juga menganalisis sampel tinja dan air liur setiap hari dari para peserta dan menemukan, bahwa keempat pemanis buatan secara signifikan mengubah kelimpahan, aktivitas, dan jenis bakteri di usus dan mulut.
Mereka juga mengumpulkan sampel darah mingguan dan menemukan perubahan yang sesuai dalam metabolit, atau molekul yang merupakan produk sampingan dari pencernaan.
Untuk memastikan hasil studi, peneliti juga mentransplantasikan sampel tinja dari orang yang mengonsumsi sakarin, sucralose, glukosa, dan tanpa pemanis ke dalam saluran pencernaan tikus.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa transplantasi dari kelompok sakarin dan sucralose menghasilkan peningkatan gula darah tikus setelah makan.
Ini menunjukkan, bahwa perubahan mikroba yang menyebabkan hasil tersebut.
"Pemanis itu sendiri tak meningkatkan glukosa darah, tetapi tampaknya menganggu kemampuan tubuh untuk mengelola kadar glukosa setelah makan melalui mekanisme yang dimediasi oleh mikrobioma," jelas Suez.
Meski begitu, efek kesehatan dari perubahan mikroba dan metabolisme ini masih belum diketahui secara jelas. Suez berharap uji coba di masa depan akan membantu mengurai hubungan ini.
Studi dipublikasikan di jurnal Cell.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Gula Darah Tinggi Tanpa Obat-obatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.