Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Temukan Air Tanah Berusia 1,2 Miliar Tahun, Salah Satu Tertua di Dunia

Kompas.com - 19/07/2022, 08:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini peneliti menemukan air tanah di sebuah tambang yang terletak sekitar 161 kilometer barat daya Johannesburg, Afrika Selatan.

Menariknya, air tanah itu diperkirakan berumur 1,2 miliar tahun. Peneliti pun menyebut bahwa air tanah tersebut merupakan salah satu yang tertua di planet ini.

Interaksinya dengan batuan di sekitarnya juga dapat menawarkan wawasan baru mengenai produksi dan penyimpanan energi di kerak Bumi.

Baca juga: Hari Air Sedunia 2022: Bagaimana Kondisi Air Tanah di Indonesia?

Dikutip dari Live Science, Senin (18/7/2022) Oliver Warr salah satu peneliti dan penulis utama studi dari University of Toronto, Kanada menyebut lokasi penemuan air tanah itu sebagai 'Kotak Pandora Helium dan Tenaga Penghasil Hidrogen'.

Air tanah yang ditemukan di tambang emas dan uranaium yang dikenal sebagai Moab Khotsong itu juga terbilang istimewa, karena diperkaya dengan konsentrasi tertinggi radiogenik, elemen yang dihasilkan oleh radioaktivitas namuan ditemukan dalam cairan.

Hal itu menurut peneliti menunjukkan, bahwa situs air tanah kuno ini suatu hari nanti berpotensi berfungsi sebagai sumber energi.

Lebih lanjut, temuan air tanah di Afrika Selatan ini mengikuti penemuan air tanah sebelumnya yang berusia 1,8 miliar tahun pada tahun 2013.

Temuan itu terjadi di Tambang Kidd Creek di Ontario, yang terletak di bawah Perisai Kanada, sebuah struktur geologis yang terdiri dari batuan beku dan metamorf yang berasal dari supereon prakambrium (4,5 miliar hingga 541 juta tahun yang lalu).

Awalnya peneliti mengira air tanah di Kidd Creek merupakan data yang menyimpang. Tetapi sekarang temuan air tanah di Afrika Selatan menunjukkan, bahwa mereka memiliki situs baru yang terletak di suatu tempat dan sejarah geologi yang berbeda namun menyimpan cairan pada skala waktu miliaran tahun.

Warr lalu mengungkapkan, ketika mengebor lubang di Moab Khotsong, air yang telah terperangkap di dalam batu mulai menyembur keluar.

Proses batu melepaskan air tanah yang berusia lebih dari satu miliar tahun tersebut digambarkan Warr seperti menusuk balon yang berisi air.

Baca juga: Kenapa Air Sungai Tidak Asin Seperti Air Laut? Sains Jelaskan

 

Dan setelah mengumpulkan sampel di Moab Khotsong, peneliti menemukan air mengandung sifat yang mirip dengan yang ada di Kidd Creek.

"Tambang ini adalah lokasi sempurna untuk penelitia,n karena tak memakan banyak biaya dan waktu untuk membuat lubang di tanah," ungkap Warr.

Ia juga menjelaskan, bahwa sampel yang dikumpulkan mengandung kadar garam yang tinggi. Kira-kira sekitar delapan kali lebih banyak dari air laut.

Sampel juga mengandung konsentrasi uranium, helium radiogenik, neon, argon, xenon, kripton, serta menemukan keberadaan hidrogen dan helium yang keduanya merupakan sumber energi penting.

Temuan ini pun menawarkan sekilas difusi helium yang sebelumnya tak terlihat, karena terjadi jauh di dalam planet ini. Proses tersebut penting untuk dipertimbangkan saat kita menghadapi kekurangan helium.

Selain itu, temuan dapat mengisyaratkan produksi energi yang bisa terjadi di bawah permukaan planet lain juga.

"Selama ada air dan batu, Anda akan melihat produksi helium dan hidrogen. Dan itu berarti harus terjadi di Bumi saja," jelas Warr.

"Jika ada air di permukaan Mars atau planet berbatu lainnya, helium dan hidrogen pun juga dapat dihasilkan di sana yang dapat mengarah ke sumber energi lain," imbuhnya.

Studi dipublikasikan di Nature Communications.

Baca juga: Negara Tanpa Sungai di Dunia dan Sumber Air yang Digunakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com