Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Air Sedunia 2022: Bagaimana Kondisi Air Tanah di Indonesia?

Kompas.com - 22/03/2022, 20:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peringatan World Water Day atau Hari Air Sedunia 2022 yang jatuh pada Selasa, 22 Maret 2022 mengusung tema "Groundwater: making the invisible, visible" yang berarti "Air Tanah: membuat yang tidak terlihat, bisa dilihat."

Tema tersebut diambil untuk menitikberatkan pemanfaatan, serta pengelolaan air tanah secara global. Seperti yang diketahui air tanah adalah sumber daya yang paling banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum, pertanian, sistem sanitasi, maupun kebutuhan industri.

Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), sekitar 40 persen dari ketersediaan air di Bumi digunakan untuk irigasi, terutama di negara-negara yang kekurangan sumber daya air.

Akan tetapi, penggunaan air tanah yang berlebihan justru dapat memengaruhi kualitas air bahkan lingkungan. Kondisi air tanah di berbagai kota besar di Indonesia sendiri, sejak satu dasawarsa atau 10 tahun yang lalu dilaporkan mengalami penurunan.

Baca juga: Perubahan Iklim Bisa Sebabkan Krisis Air Bersih di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG

Hal tersebut ditandai dengan muka air di sumur pantau yang menurun, keringnya mata air, penurunan debit air, dan dilaporkan pula kualitas air tanah yang berubah.

"Memang ini menjadi perhatian, dan kita juga terus bekerja keras bagaimana untuk memperbaiki kondisi ini," papar Peneliti Air Tanah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Sci Rachmat Fajar Lubis, dalam webinar yang digelar Danone-AQUA, Selasa (22/3/2022).

"Jadi upaya yang kita lakukan adalah mencoba menghentikan penurunan-penurunan (air tanah) ini, minimal adalah stabil dan maksimal kembali ke kondisi awal," sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Footprint Program Manager, WWF Indonesia Tri Agung Rooswiadji mengungkapkan hal senada. Dia menjelaskan bahwa berdasarkan laporan yang ada, Pulau Jawa sudah mengalami krisis air sejak tahun 2012 terutama di kota besar.

Sementara, di Pulau Sumatera ada beberapa daerah yang masuk kategori aman, meski di sejumlah wilayah seperti Medan masih mengalami krisis air.

"Sedangkan yang relatif aman itu di Papua, di Kalimantan karena daerahnya agak sedikit landai, dan bisa menjadi sumber-sumber air untuk perkotaan," tutur Tri.

Sumber air yang tercemar, kata dia, dapat menyebabkan pengelolaan terhadap kelestarian siklus air yang semakin sulit termasuk karena biaya yang meningkat untuk memproses air tanah tersebut.

"Masalah utamanya adalah kita tidak mengetahui secara pasti berapa banyak ketersediaan air tanah yang ada, yang artinya kita bisa saja gagal dalam proses pemanfaatan sumber-sumber air tanah yang vital, seperti misalnya di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)," imbuhnya.

Baca juga: Kampanye UNICEF #DihantuiTai, 70 Persen Sumber Air Minum di Indonesia Tercemar Limbah Tinja

Sehingga tindakan eksplorasi, langkah melindungi, serta menggunakan air tanah secara berkelanjutan akan menjadi kunci untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim maupun dampak dari semakin meningkatnya populasi manusia.

Di sisi lain, Rachmat mengatakan bahwa pemahaman masyarakat mengenai ketersediaan air tanah harus terus diperluas lantaran persediaannya yang terus menurun.

Adapun metode kuantifikasi di enam sektor yang terintegrasi dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan krisis air yang terjadi di Indonesia, termasuk melakukan penanaman pohon, dan pembangunan sumur resapan untuk konservasi air.

Rachmat menilai, langkah tersebut dapat dilakukan secara nasional untuk memonitor ketersediaan air.

"Menyelesaikan krisis air tidak di satu sektor saja. Ada enam sektor, bukan hanya kuantitas atau kualitas tapi siapa yang terlibat. Pada akhirnya diperlukan dukungan serta partisipasi untuk menjaga bangunan-bangunan konservasi air," ucapnya.

Selain regulasi dan upaya dari pemerintah dalam menangani krisis air tanah, partisipasi masyarakat juga penting guna memperbaiki kondisi ataupun kualitas air di Indonesia.

Baca juga: Peringatan, Lebih dari 5 Miliar Orang Kesulitan Akses Air Tahun 2050

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com