BA.2.75 kini telah dilaporkan di sekitar 10 negara, meski Indonesia belum termasuk di dalamnya.
Negara-negara itu di antaranya adalah Australia, Kanada, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Selandia Baru dan Inggris.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, ada 2 kasus BA.2.75 yang telah terdeteksi di AS, dengan yang pertama diidentifikasi pada 14 Juni 2022.
Kepala Ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan menyampaikan, penularan, keparahan, dan potensi penghindaran kekebalan imunitas tubuh oleh BA 2.75 saat ini masih tidak diketahui.
Sebab, belum ada cukup informasi bagi para peneliti untuk memprediksikan apakah infeksi BA.2.75 akan lebih atau kurang parah daripada infeksi varian virus corona sebelumnya.
Beberapa ahli juga mencurigai bahwa subvarian baru BA.2.75 ini dapat meningkatkan potensi bahaya.
Baca juga: Vaksin Khusus Omicron untuk Booster Diklaim Meningkatkan Perlindungan, Ini Penjelasannya
Akan tetapi, sejauh ini para ahli masih melihat karakteristik dari subvarian Centaurus BA.2.75 berada masih di bawah subvarian BA.5.
Dilansir dari DW (6/7/2022), jumlah kasus global sejauh ini rendah, sehingga sulit untuk mengumpulkan informasi yang solid tentang urutan genom virus.
Namun, diyakini bahwa hanya ada sekitar 70 kasus BA.2.75 yang tercatat di seluruh dunia.
Hal inilah yang membuat para ahli belum terlalu memperhatikan subvarian generasi kedua subvarian BA.2 ini.
Subvarian terbaru ini diberi nama Centaurus, tetapi ini bukanlah nama resmi dari WHO. Tidak jelas siapa yang memberi julukan “Centaurus” ini, mengutip Forbes (8/7/2022).
Akan tetapi, diduga Centaurus ini diambil dari kata “centaur”, makhluk mitos setengah manusia dan setengah kuda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.