Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Orang Keluhkan Gejala Neuropati Selama Pandemi, Dokter: Akibat Terlalu Lama Duduk

Kompas.com - 22/06/2022, 13:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, sebagian besar orang diharuskan bekerja dari rumah dan duduk dalam waktu yang lama. Ternyata, kebiasaan tersebut berisiko menyebabkan neuropati atau gangguan saraf tepi.

Bahkan, Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), menyebut, selama pandemi prevalensi orang yang mengeluhkan gejala neuropati meningkat.

"Ada peningkatan (kasus neuropati selama pandemi), tapi angka peningkatannya berapa kita enggak punya data," ujar Manfaluthy dalam diskusi virtual memperingati Neuropathy Awareness Week 2022, Senin (20/6/2022).

Baca juga: Kenali Apa Itu Neuropati hingga Faktor Risikonya Menurut Dokter

Kebanyakan dari mereka, kata Manfaluthy, merasakan gejala neuropati seperti kesemutan terus-menerus dan kebas. Hal tersebut didapatkan dari laporan dokter di rumah sakit yang mencatat peningkatan pasien dengan gejala neuropati.

"Memang kita tidak memiliki data yang pasti karena cukup sulit untuk membuat data di seluruh Indonesia. Tetapi, dari pengalaman di rumah sakit dan juga laporan dari temen-temen dokter memang menunjukkan banyak pasien yang mengeluh seperti keluhan neuropati," jelas Manfaluthy.

"Beberapa penyebabnya karena bekerja di depan laptop terlalu lama dengan posisi sama dalam waktu yang lama, sehingga terjadi penekanan pada saraf di bagian tubuh tertentu," sambungnya.

Rendahnya aktivitas fisik memicu penyakit tidak menular

Pada kesempatan tersebut, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat – Ditjen Kesmas, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Imran Agus Nurali, SpKO, menyampaikan aktivitas fisik masyarakat Indonesia relatif rendah.

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, proporsi masyarakat yang kurang aktivitas fisik meningkat dari 26,1 persen pada 2013 menjadi 33,5 persen pada 2018.

"Artinya satu dari tiga orang menjalani gaya hidup sedentari dan hal ini berpotensi meningkat selama pandemi yang dapat berisiko terhadap penyakit tidak menular (PTM), termasuk kerusakan saraf," papar Imran.

Baca juga: Awas, Sering Kebas dan Kesemutan Bisa Jadi Tanda Penyakit Neuropati

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com