Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Orang Keluhkan Gejala Neuropati Selama Pandemi, Dokter: Akibat Terlalu Lama Duduk

Kompas.com - 22/06/2022, 13:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Ia menambahkan, peningkatan kasus penyakit tidak menular secara signifikan tak hanya menambah beban bagi masyarakat tetapi juga pemerintah, lantaran penanganannya membutuhkan banyak waktu, biaya, dan teknologi tinggi.

Faktanya, neuropati sendiri merupakan permasalahan bagi banyak negara di dunia. Salah satunya adalah neuropati diabetic yang disebabkan karena penyakit diabetes, menurut studi tahun 2021 yang dipublikasikan di PLOS ONE meningkat di berbagai wilayah di Amerika Selatan.

Sementara di Indonesia, data Kemenkes mencatat adanya peningkatan kasus neuropati sejak tahun 2013 hingga 2018.

Sayangnya, peningkatan kasus ini tidak dibarengi dengan skrining dini, karena banyak dari pasien yang tidak terdiagnosis di tahap awal penyakit.

"Dan yang membuat kita prihatin, neuropati hanya terdiagnosis sekitar 30 persen. Sedangkan sisanya, 70 persen tidak terdiagnosis pada tahap awal. Karena itu banyak pasien-pasien neuropati baru terdata di rumah sakit atau fasilitas kesehatan pada tahapan lebih lanjut," imbuhnya.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Jenis Neuropati Diabetik, Gangguan Saraf akibat Diabetes

Menurut studi yang dipublikasikan di International Journal Endocrinology tahun 2019, sebanyak 55 persen pasien neuropati datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam keadaan yang berat.

Sekitar 19 hingga 26 persen pasien saja yang datang untuk memeriksakan diri dengan neuropati ringan sampai sedang.

"Tentunya ini akan menjadi masalah, karena neuropati semakin berat semakin sulit untuk diatasi," tutur Manfaluthy.

Adapun selain kesemutan dan kebas, gejala neuropati dapat disertai kram, muncul sensasi seperti ditusuk atau terbakar, kaku, dan kulit kering atau mengkilap.

Dokter Manfaluthy mengungkapkan, bahwa kondisi ini mencerminkan kerusakan pada sistem saraf tepi dengan beberapa derajat keparahannya.

Oleh sebab itu, dia mengimbau kepada masyarakat yang memiliki gejala neuropati seperti yang disebutkan di atas untuk segera memeriksakan diri ke dokter, guna mengetahui penyebabnya.

Pasalnya, jika tidak diobati sejak dini, bukan tidak mungkin neuropati yang diidap pasien tidak bisa disembuhkan lagi.

"Diagnosis secara dini dengan mengenali tanda-tanda neuropati (sangat penting), sehingga kita bisa melakukan pengobatan secara dini untuk mencegah kerusakan saraf yang irreversible," pungkasnya.

Baca juga: Persamaan Sistem Saraf dan Sistem Endokrin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com