Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/06/2022, 16:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Neuropati adalah gangguan pada sistem saraf tepi yang bisa terjadi akut ataupun kronis. Penyakit ini dapat dialami siapa saja, baik pada mereka yang berusia tua maupun muda.

Kerusakan saraf tepi ini memiliki gejala awal termasuk kebas dan kesemutan, yang dapat menyebabkan disfungsi sensorik, motorik, otonom, maupun kombinasi dari semua hal tersebut.

Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), mengatakan, bahwa salah satu penyebab neuropati terbanyak ialah penyakit metabolik yaitu diabetes.

Baca juga: Penderita Diabetes Harus Waspada Neuropati, Kenali Gejalanya di Sini

"Angka kejadian neuropati khususnya oleh karena penyakit diabetes sangat bervariasi sekali, mulai dari 9,6 sampai 88,7 persen. Ini menunjukkan peningkatan (kasus neuropati) yang signifikan," kata Manfaluthy dalam diskusi virtual memperingati Neuropathy Awareness Week 2022, Senin (20/6/2022).

Penyebab neuropati selain karena penyakit tertentu, juga bisa diakibatkan kondisi fisik, usia lanjut, dan kurangnya asupan nutrisi seperti vitamin B. Sebab, vitamin B berperan untuk meregenerasi sel saraf manusia.

Penyakit neuropati sendiri memiliki sejumlah gejala yang kerap muncul, antara lain:

  • Kesemutan
  • Kram
  • Muncul sensasi seperti ditusuk atau terbakar
  • Kaku
  • Kulit kering atau mengkilap
  • Mati rasa

"Ini semuanya mencerminkan kerusakan pada sistem saraf tepi dengan beberapa derajatnya," imbuhnya.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Jenis Neuropati Diabetik, Gangguan Saraf akibat Diabetes

Faktor risiko neuropati

Dokter Manfaluthy mengungkapkan, neuropati merupakan penyakit herediter atau keturunan, dan disebabkan karena faktor lain salah satunya pola hidup tidak sehat. Adapun faktor risiko neuropati di antaranya:

  • Orang berusia tua
  • Penderita diabetes
  • Memiliki riwayat neuropati dalam keluarga
  • Memiliki hipertensi
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Mengonsumsi minuman alkohol
  • Menderita penyakit pembuluh darah seperti penyakit jantung
  • Memiliki kanker
  • Terpapar bahan kimia
  • Terinfeksi penyakit tertentu
  • Mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan neuropati

"Dan yang membuat kita prihatin, neuropati hanya terdiagnosis sekitar 30 persen. Sedangkan, sisanya 70 persen tidak terdiagnosis pada tahap awal," ucap Manfaluthy.

"Karena itu banyak pasien-pasien neuropati baru terdata di rumah sakit atau fasilitas kesehatan ada tahapan lebih lanjut (dari penyakit neuropati)," sambung dia.

Baca juga: Persamaan Sistem Saraf dan Sistem Endokrin

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di International Journal Endocrinology tahun 2019, sebanyak 55 persen pasien neuropati datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam keadaan yang berat.

Hanya 19 hingga 26 persen pasien yang datang untuk memeriksakan diri dalam keadaan ringan sampai sedang.

"Tentunya ini akan menjadi masalah, karena neuropati semakin berat semakin sulit untuk diatasi," tutur Manfaluthy.

Ia menyampaikan, neuropati pada tahap awal bisa diobati, untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.

Mengutip studi tahun 2018, pemberian vitamin neurotropik pada pasien selama 12 pekan menunjukkan penurunan angka total symptom score (TSS) yang signifikan.

"Pengobatan dini atau pencegahan adalah hal yang penting dilakukan untuk mencegah kerusakan saraf yang irreversible. Serabut saraf bisa melakukan regenerasi jika neuropati didiagnosis lebih awal," pungkasnya.

Baca juga: Olahraga Ini Bantu Cegah Kerusakan Saraf Tepi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com