Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Prasejarah Ciptakan Seni dengan Api, Studi Mengungkapnya

Kompas.com - 22/04/2022, 11:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com- Nenek moyang kita mungkin menciptakan karya seni yang rumit dengan bantuan api. Hal itu terungkap setelah peneliti melakukan pemeriksaan terhadap 50 batu berukir peninggalan manusia prasejarah yang digali di Perancis.

Batu-batu itu diukir dengan desain artistik sekitar 15.000 tahun yang lalu dan memiliki pola kerusakan akibat dari panas. Hal ini menunjukkan bahwa batu-batu diukir dekat dengan api.

Seperti dikutip dari Phys, Kamis (21/4/2022) penelitian yang dilakukan oleh Universitas York dan Durham ini menyebut batu berukir yang dikenal sebagai plakat dibuat menggunakan alat-alat batu oleh orang Magdalena, budaya pemburu-pengumpul awal yang berasal antara 23.000 dan 14.000 tahun yang lalu.

Dalam studinya, peneliti mengidentifikasi pola kerusakan akibat panas di sekitar tepi beberapa batu.

Baca juga: Manusia Prasejarah Juga Suka Kumpulkan Barang Bekas, Apa Alasannya?

Setelah temuan karya seni manusia prasejarah itu, peneliti kemudian bereksperimen dengan mereplikasi batu dan menggunakan model 3D serta perangkat lunak realitas virtual untuk membuat ulang plakat seperti yang dibuat oleh seniman prasejarah.

"Kami sebelumnya berasumsi kerusakan akibat panas terjadi karena ketidaksengajaan. Tetapi percobaan dengan plakat replika menunjukkan kerusakan lebih konsisten dengan sengaja dan diposisikan dekat dengan api," terang Andy Needham, penulis utama dari Universitas York.

"Di zaman modern, kita mungkin membayangkan seni diciptakan di atas kanvas di siang hari atau dengan sumber cahaya tetap. Tetapi kita sekarang tahu bahwa orang-orang 15.000 tahun yang lalu menciptakan seni di sekitar api pada malam hari," kata Needham.

Peneliti menduga manusia prasejarah ciptakan seni dengan api, merupakan kondisi yang akan memiliki efek dramatis dalam penciptaan seni.

Baca juga: Manusia Prasejarah di Eropa, Bukti Kehidupannya Ditemukan di Kepulauan Falkland

Selain itu juga menciptakan seni dengan cahaya api akan menjadi pengalaman yang sangat mendalam dan mengakitifkan berbagai bagian otak manusia.

"Kita tahu bahwa bayangan dan cahaya yang berkedip-kedip dari api meningkatkan kapasitas evolusioner kita untuk melihat bentuk dan wajah pada benda mati. Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa itu umum untuk melihat desain plakat yang menggabungan fitur alami batu untuk menggambar binatang atau bentuk artistik," jelas Needham.

Sementara itu, Izzy Wisher peneliti lain dalam studi menambahkan selama periode Magdalena kondisi sangat dingin dan lanskap lebih terbuka.

Orang-orang pun beradaptasi dengan menggunakan baju hangat dan juga menyalakan api.

Baca juga: Proses Panjang Penemuan Tulang Rahang Manusia Prasejarah Tertua di Sulawesi

Tapi tak hanya itu saja, temuan memperkuat teori bahwa pancaran hangat api akan menjadikannya sebagai pusat dalam sebuah komunitas, baik untuk pertemuan sosial, bercerita, hingga membuat karya seni.

"Pada saat banyak waktu dan usaha dihabiskan untuk mencari makanan, air dan tempat tinggal, sangat menarik untuk berpikir bahwa orang masih menemukan waktu dan kapasitas untuk menciptakan seni. Ini menunjukkan bagaimana kegiatan ini telah menunjukkan kompleksitas kognitif orang prasejarah," papar Needham.

Studi temuan karya seni manusia prasejarah yang dibuat dengan api ini telah dipubliksikan dalam jurnal PLOS ONE.

Baca juga: Situs Prasejarah Maros Pangkep, Ada Gambar Cadas Theriantropik Tertua di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com