Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ular Berbulu Hijau di Thailand Viral di Medsos, Ini Fakta Sebenarnya

Kompas.com - 17/03/2022, 19:30 WIB
Zintan Prihatini,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seekor ular baru-baru ini menghebohkan pengguna media sosial. Pasalnya, ular hijau yang ditemukan di rawa-rawa di Thailand disebut memiliki "bulu" di tubuhnya.

Dilansir dari NDTV, Rabu (16/3/2022) ular berbulu tersebut ditemukan di Provinsi Sakhon Nakhon di timur laut Thailand oleh pria bernama Tu.

Dalam video viral yang diunggahnya ke Facebook, tampak ular berbulu berada di dalam stoples berisi air tengah bergerak memutari wadahnya.

"Saya belum pernah melihat ular yang terlihat seperti ini sebelumnya. Saya dan keluarga saya pikir akan berguna untuk membiarkan orang mengetahui apa itu dan menelitinya," keponakan Tu, Waraporn Panyasarn.

Baca juga: Heboh Video Ular Berukuran Raksasa Diklaim Melintasi Jalan di Bojonegoro, Ini Kata Ahli

Sebagian warganet bahkan menyebut ular itu mirip seekor naga. Namun, tidak sedikit yang beranggapan ular tersebut telah ditumbuhi ganggang di sekujur tubuhnya.

Setelah diidentifikasi, koordinator spesies ular di Wildlife ARC, Sam Chatfield, menjelaskan bahwa ular hijau berbulu sepanjang 60 cm ini mungkin ular air dengan ganggang yang tumbuh di atas sisiknya.

"Sisiknya berada di atas kulit dan sebagian besar terbuat dari keratin. Seperti memiliki lapisan di atas kulit dan ketika kulitnya mengelupas, ular melepaskan bagian luar sisik itu," paparnya.

Senada dengan Chatfield, Peneliti Reptil dari Kantor Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Amir Hamidy, M.Sc, menuturkan bahwa bulu yang disebutkan menempel pada ular adalah lumut ataupun alga.

"Itu ular yang lumutan, bukan ular yang berbulu seperti itu, enggak (benar). Ular yang ditumbuhi lumut, yang hidup di rawa-rawa di Thailand sana," terang Amir kepada Kompas.com, Rabu (16/3/2022).

Baca juga: Bagaimana Ular Bergerak?

Lantaran ular tersebut termasuk ular air dan pergerakannya terbatas, kata Amir, wajar jika hewan ini ditumbuhi lumut di sekitar tubuhnya. Dia pun memperkirakan bahwa ular hijau tersebut merupakan spesies Homalopsis buccata atau ular kadut belang.

"Tinggal dibuka aja lumutnya, dikeruk dikit, kelihatan jenisnya apa," imbuhnya menjelaskan penemuan ular hijau yang disebut berbulu di Thailand.

Sementara itu, menanggapi dugaan warga setempat mengenai adanya ular yang berbulu, Amir menegaskan bahwa semua jenis ular memiliki sisik di tubuhnya dan tidak berbulu.

Ular kadut belang ada di Indonesia

"Kalau karakteristik ular air yang kita sebut sebagai ular kadut belang yang disebutkan ditumbuhi lumut itu, ular air tawar jadi hidupnya di air, makannya ikan. Ke darat mungkin dia (ular) bisa tapi enggak lama kemudian masuk air lagi," ungkap Amir.

Kendati dapat hidup di air payau, ular kadut belang cenderung hidup di air tawar seperti di sungai, kolam, maupun rawa-rawa.

Baca juga: Kenapa Ular Titanoboa Punah?

"Dia ular air, di mana ada beberapa jenis ular air di Indonesia. Cuma ini yang lebih besar, dan tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia barat, enggak spesifik di satu tempat, sampai Thailand juga ada," tuturnya.

Di Indonesia, ular kadut belang tersebar di berbagai wilayah termasuk Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sumatera dan paling umum di antara jenis ular air lainnya.

Spesies ini tidak berbisa atau membahayakan bagi manusia.

"Status konservasinya masih umum (tidak terancam maupun dilindungi), saya belum cek di IUCN (International Union for Conservation of Nature) tapi itu bukan jenis yang terancam," pungkas Amir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com