Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kali, Astronom Temukan Molekul Organik Terbesar di Sekitar Bintang Muda

Kompas.com - 10/03/2022, 12:05 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para astronom telah berhasil mendeteksi molekul organik terbesar yang pernah terlihat di awan debu pembentuk planet, yang berpotensi menawarkan wawasan baru mengenai cara blok pembangun kehidupan berakhir di planet.

Dengan menggunakan teleskop Atacama Lare Milimeter/submilimeter Array (ALMA) di Chilli, para peneliti mempelajari cahaya yang dipancarkan oleh molekul yang berbeda di cincin miring debu dan es yang mengelilingi bintang muda IRS 48, yang terletak sekitar 444 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Ophiuchus.

Di dalam cincin berdebu, para peneliti melihat jejak yang jelas dari senyawa organik yang disebut dimetil eter, molekul besar yang biasanya terdeteksi di pembibitan bintang dan merupakan prekursor untuk blok bangunan penting kehidupan seperti asam amino dan gula.

Baca juga: Molekul Misterius Ditemukan di Satelit Terbesar Saturnus

Diberitakan Live Science, penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Astronomy and Astrophysics pada 8 Maret 2022.

Terbuat dari sembilan atom, dimetil eter merupakan molekul terbesar yang pernah terdeteksi dalam cincin pembentuk planet.

Menurut para peneliti, penemuan ini membantu mengetahui tentang bagaimana molekul organik kompleks berpindah dari daerah pembentuk bintang ke daerah pembentuk planet, kemudian akhirnya ke planet itu sendiri.

“Dari hasil ini, kita dapat belajar lebih banyak tentang asal usul kehidupan di planet kita, dan karena itu mendapatkan ide yang lebih baik tentang potensi kehidupan di sistem planet lain,” ujar penulis utama studi Nashanty Brunken, mahasiswa master di Universitas Leiden, Belanda.

Laboratorium sains antarbintang

Bintang IRS 48 menarik perhatian para astronom sekitar satu dekade lalu berkat cincin es dan debu berbentuk kacang mete yang mengelilinginya.

Para peneliti menyebut wilayah miring ini sebagai perangkap debu, area bertekanan tinggi di mana partikel-partikel kecil debu dapat menggumpal menjadi benda yang lebih besar, seperti komet, asteroid, dan akhirnya menjadi planet.

Para astronom telah lama menduga, bahwa senyawa besar seperti dimetil eter muncul di daerah pembentuk bidang di ruang angkasa, yang cukup dingin sehingga atom dan molekul sederhana dapat menempel pada partikel debu kecil, membentuk lapisan es.

Baca juga: Planet Baru Proxima d Mengorbit Bintang Dekat Matahari, Seperti Apa?

 

Saat bersinar bersama, molekul es tersebut dapat mengalami reaksi kimia membentuk senyawa organik yang lebih besar dan lebih kompleks.

Tetapi, perangkap debu seperti yang mengelilingi IRS 48, juga dapat berfungi sebagai laboratorium luar angkasa, di mana molekul dapat mengalami reaksi kimia.

Di dalam piringan berbentuk kacang tersebut, terdapat reservoir es, yang tampaknya penuh dengan butiran debu es yang menyimpan molekul organik.

Saat radiasi dari bintang terdekat menyublimkan es menjadi gas, senyawa organik beku itu dilepaskan, membuatnya dapat dideteksi oleh teleskop di Bumi.

Baca juga: Begini Bentuk Molekul Pertama di Alam Semesta Setelah Big Bang

Mempelajari cahaya yang dipancarkan oleh molekul-molekul tersebut, tim mengidentifikasi dimetil eter dan beberapa senyawa organik lainnya yang belum pernah terlihat di piringan planet sebelumnya, termasuk metil format, senyawa organik lain yang berfungsi sebagai blok bangunan untuk kehidupan yang lebih besar.

“Apa yang membuat ini lebih menarik adalah bahwa kita sekarang tahu molekul kompleks yang lebih besar ini tersedia untuk memberi makan planet pembentuk di dalam cakram,” ujar rekan penulis studi Alice Booth, yang juga seorang peneliti di Leiden Observatory.

Dalam studi mendatang, tim berharap dapat memeriksa wilayah paling dalam dari pirangan IRS 48, di mana planet mirip Bumi mungkin terbentuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com