Beberapa minggu setelahnya, eter sebagai obat bius ini pun digunakan selama prosedur amputasi kaki yang dilakukan oleh Robert Liston di University College Hospital di London.
Penemuan obat bius ini pun tidak hanya diklaim oleh Long dan Morton saja, dua orang lainnya adalah dokter gigi bernama Horace Wells dan Charles Jackson pun turut mengakui temuan eter sebagai obat bius.
Setelah mendengar kabar tersebut, Long mulai menuliskan berbagai pengalamannya dalam dunia anestesi dengan mengumpulkan berbagai surat dari mantan pasiennya. Selanjutnya di tahun 1849, dia mempresentasikan temuannya dihadapan para ahli di Medical College of Georgia di Augusta.
Akhirnya, penemuan obat bius eter untuk anestesi milik Long dipublikasikan di Southern Medical and Surgical Journal pada Desember 1849.
Sebelum adanya eter, orang-orang menggunakan berbagai senyawa maupun tumbuhan alami untuk menghilangkan rasa sakit. Namun, cara tersebut tidak efektif.
Seperti dilansir dari Britannica, Rabu (9/2/2022) pada awalnya anestesi memiliki efek samping yang menyebabkan pasien muntah-muntah.
Baca juga: Obat Kanker Berpotensi untuk Mengobati HIV, Studi Jelaskan
Saat itu, pemberian obat bius termasuk tindakan berbahaya, lantaran dosis obat anestesi yang diperlukan agar pasien tertidur bisa memengaruhi pusat pernapasan.
Sekitar tahun 1847, dokter Skotlandia Sir James Young Simpson pertama kali menggunakan cairan kloroform untuk pembiusan. Cairan berbau amis, tidak berwarna, dan mudah terbakar ini terbilang cukup berbahaya sehingga membutuhkan keterampilan dokter yang sangat baik.
Akan tetapi, ada laporan yang menyebut kematian akibat penggunaan kloroform, dimulai dengan seorang anak perempuan berusia 15 tahun pada 1848. Seiring berjalannya waktu, para dokter mulai memadukan kloroform dan eter sebagai obat bius.
Dokter militer di Amerika Serikat bahkan telah menggunakannya untuk membantu saat mengobati para tentara saat Perang Saudara. Mereka juga memakai kloroform untuk mengurangi rasa sakit dan trauma akibat amputasi.
Walaupun banyak dokter dan perawat memiliki pengalaman menggunakan eter pada saat tersebut, kloroform terbukti lebih populer selama konflik terjadi. Sebab, zat itu dianggap memiliki efek yang lebih cepat.
Di samping itu, penggunaan eter dan kloroform mulai menurun usai anestesi inhalasi yang lebih lebih aman dan lebih efektif dikembangkan. Pasien pun akan lebih nyaman selama menjalani anestesi modern.
Baca juga: 5 Obat Herbal Vertigo, Salah Satunya Teh Jahe
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.