Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Terdeteksi di Indonesia, Ketahui 7 Gejala Utama Subvarian BA.2

Kompas.com - 04/02/2022, 12:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengonfirmasi bahwa subvarian Omicron BA.2 diidentifikasi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

"Betul, sudah ada 55 (orang) yang terdeteksi (terinfeksi subvarian BA.2)," ujar Nadia seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (2/2/2022).

Garis keturunan Omicron yang dijuluki 'Son of Omicron' ini pun disebut-sebut lebih cepat menular dan memicu lonjakan kasus infeksi Covid-19 di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Sejauh ini, para ahli masih belum memiliki banyak data terkait karakteristik subvarian BA.2. Namun, mereka mengatakan subvarian BA.2 mulai mengungguli kasus infeksi akibat subvarian BA.1 di beberapa wilayah di Eropa serta Asia.

Baca juga: Positif Covid-19 tapi Tanpa Gejala, Apa yang Harus Dilakukan?

Dikutip dari Express, Rabu (2/2/2022) berdasarkan laporan baru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), subvarian Omicron BA.2 memiliki mutasi yang berbeda dari subvarian sebelumnya lantaran struktur spike protein selulernya.

Kini, para ahli bahkan menamainya varian Omicron 'siluman' karena karakteristiknya masih terus dipelajari, kendati sudah diketahui bahwa virus tersebut lebih cepat menyebar.

Gejala Omicron subvarian BA.2, menurut ahli, hampir sama dengan subvarian BA.1 yang telah menyumbang peningkatan kasus di seluruh dunia.

Adapun gejala subvarian BA.2 yang banyak dikeluhkan pasien Omicron di antaranya:

  1. Demam
  2. Kelelahan ekstrem
  3. Batuk
  4. Sakit tenggorokan
  5. Sakit kepala
  6. Kelelahan otot
  7. Peningkatan detak jantung

Selain itu, gejala di sistem pernapasan bagian atas seperti sakit tenggorokan dan mual lebih terlihat pada varian virus baru ini, dibandingkan dengan gejala Covid-19 sebelumnya yang meliputi sesak napas atau hilangnya kemampuan indra perasa dan penciuman (anosmia).

Hingga saat ini, para peneliti di dunia pun sedang menyelidiki apakah ada perbedaan antara infeksi varian Omicron subvarian BA.2 dengan infeksi varian Delta, atau infeksi virus corona awal yang terjadi pada tahun 2020 lalu.

Akan tetapi, para ahli kesehatan telah mencatat bahwa infeksi varian Omicron menyebabkan tren kenaikan kasus baru, dan mulai menjadi strain yang dominan dibandingkan Delta.

Baca juga: Son of Omicron Subvarian BA.2 Diklaim Lebih Cepat Menular, Studi Jelaskan

 

Varian Omicron mendominasi di banyak negara

Varian Omicron yang pertama kali ditemukan para ilmuwan di India dan Afrika Selatan pada akhir Desember 2021 lalu, disebut sudah mendominasi di banyak negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Israel.

Bahkan, laporan terbaru mengungkapkan Omicron menyebar dengan cepat di Denmark, menyebabkan peningkatan kasus infeksi sebesar 20 persen dari keseluruhan kasus Covid-19 pada Desember 2021. Angka itu melonjak menjadi 45 persen pada pekan kedua di tahun 2022.

"Menurut WHO, Omicron memiliki tiga subvarian utama yaitu BA.1, BA.2, dan BA.3," kata profesor di Departemen Kedokteran dari McGill University, dr Donald Vinh.

Baca juga: 3 Fakta BA.2, Subvarian Virus yang Dijuluki Son of Omicron

Dia menambahkan, sampai saat ini sebagian besar kasus Omicron yang dilaporkan adalah subvarian BA.1. Sementara, di beberapa wilayah BA.2 sudah ditemukan dan menyebar lebih cepat daripada BA.1.

"Ada spekulasi bahwa itu (subvarian BA.2) mungkin lebih menular daripada kerabatnya (subvarian BA.2)," kata dokter di Johns Hopkins Center for Health Security, Dr Amesh A Adalja.

Di sisi lain, para ahli menegaskan ,bahwa mereka masih mengkaji lebih dalam terkait dengan seberapa cepat subvarian baru dapat menyebar di tengah masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com