Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/01/2022, 16:30 WIB
Zintan Prihatini,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meningkatnya kasus Covid-19 akibat varian Omicron membuat banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, mulai melakukan vaksinasi dosis ketiga atau booster.

Pasalnya, efektivitas dua dosis vaksin Covid-19 mulai menurun seiring berjalannya waktu.

Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wien Kusharyoto menjelaskan, pemberian vaksin booster dapat menurunkan risiko rawat inap akibat infeksi varian Omicron hingga 89 persen di berbagai negara, seperti Inggris, Israel, dan Amerika Serikat.

"Booster sangat diperlukan untuk mencegah membebani pelayanan kesehatan di Indonesia terutama yang terkait dengan perawatan di rumah sakit," papar Wien dalam webinar, Rabu (26/1/2022).

Baca juga: Studi CDC Ungkap Vaksin Booster Dibutuhkan untuk Melawan Omicron

Lebih lanjut, dia berkata bahwa dua dosis vaksin Pfizer-BioNtech setelah enam bulan juga dilaporkan mengalami penurunan dari segi perlindungan hingga tersisa dua persen saja.

Namun, setelah seseorang diberikan vaksin dosis ketiga, efektivitas vaksin naik kembali mencapai 63 persen.

"Ketika di-booster, peningkatannya cukup signifikan. Artinya, efektivitas booster kemudian mampu memberikan perlindungan sekitar 63 persen. Efektivitasnya sekarang kira-kira sebesar 63 persen," papar Wien sambil menjelaskan efektivitas vaksin booster.

"Efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna dosis kedua menurun terhadap Omicron, tetapi setelah diberikan booster efikasinya naik 60 sampai 70 persen," sambungnya.

Vaksin booster, katanya, akan kehilangan kemampuan untuk melindungi terhadap virus corona setelah dua bulan, tetapi penurunnya lebih lambat dibandingkan setelah pemberian vaksin dosis kedua.

Baca juga: Simak, Efek Samping Vaksin Booster Moderna, Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Zifivax

Kendati demikian, dia menyampaikan bahwa vaksin booster masih mampu mencegah pasien Omicron dirawat di rumah sakit atau terdampak parah.

"Studi menyebut varian Omicron lebih mudah menular, tapi keparahan infeksinya lebih rendah," kata Wien.

Di sisi lain, dia juga menyebutkan bahwa varian Omicron sangat berisiko menyebabkan penyakit yang parah pada orang yang belum divaksinasi.

"Ketika seseorang sudah divaksinasi maka kemungkinan harus dirawat di rumah jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang belum divaksinasi," ujarnya.

Wien mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada di tengah lonjakan Omicron, terlebih bagi mereka yang belum divaksinasi atau belum pernah terinfeksi sebelumnya. Oleh karena itu, menurutnya, dibutuhkan tindakan pencegahan dengan disiplin protokol kesehatan.

"Kita sekarang lebih siap karena kita memiliki cukup imunitas, saat ini kita juga memiliki obat yang cukup efektif, terapi antibodi monoklonal, tes PCR yang lebih cepat untuk mendeteksi kasus baru, serta memiliki informasi yang dapat diandalkan tentang cara penularan virus," pungkas Wien.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com