Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pejuang Kanker Paru dalam Melawan Covid-19

Kompas.com - 25/08/2021, 12:03 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada bulan Juli 2021, seorang pejuang kanker, Naomi Ginting, dinyatakan positif Covid-19. Di waktu bersamaan, di tengah ia berjuang melawan kanker paru, ia juga harus melawan infeksi virus corona.

Kabar itu, tentunya mengejutkan bagi siapapun, termasuk bagi Naomi.

Dalam siaran pers #LungTalk, Minggu (22/8/2021), Naomi menceritakan bahwa awalnya ia mengira demam yang dialaminya hanyalah demam pada umumnya dan bukan merupakan gejala Covid-19.

Setelah berkonsultasi dengan sang adik yang juga merupakan seorang dokter, Naomi memutuskan untuk menjalani tes antigen dan dinyatakan positif Covid-19.

Dikarenakan kondisi dirinya yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta, ia memutuskan untuk dirawat di rumah sakit.

Meski akhirnya Naomi berhasil mendapatkan kamar rawat inap, namun ternyata prosesnya tidaklah mudah. Sebab, naiknya kasus Covid-19 di Indonesia pada bulan itu menyebabkan jumlah pasien rumah sakit membludak.

Baca juga: 4 Dampak Pandemi Covid-19 yang Dirasakan Pasien Kanker Paru

 

Dengan kegigihannya, pejuang kanker paru ini pun berhasil pulih dari Covid-19 dan diperbolehkan pulang ke rumah dengan syarat harus menjalani 1 minggu isolasi mandiri setelah 2 minggu rawat inap.

Naomi juga mengatakan bahwa setelah dinyatakan negatif Covid-19, ia mendapat surat rekomendasi dari dokter untuk bisa mendapatkan vaksin Covid-19.

Dr. Sitta Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P(K), Dokter Spesialis Paru Konsultan Onkologi dan Anggota Pokja Onkologi Toraks PDPI, sekaligus dokter kanker paru Naomi mengatakan, vaksinasi merupakan hal yang wajib untuk dilaksanakan, terlebih pada orang dengan komorbid seperti kanker paru yang diidapnya.

"Kalau kondisi kanker paru terkontrol, wajib vaksinasi. Apapun vaksin yang disediakan oleh pemerintah, semua sama baiknya. Semua wajib vaksinasi untuk mencegah beratnya penyakit," dr Sita.

Sementara, penyakit kanker paru yang diidapnya pertama kali diketahui pada tahun 2018. Awalnya, pejuang kanker yang berhasil melawan Covid-19 ini, mengetahui penyakitnya saat melakukan pemeriksaan karena keluhan di perut yang kian membesar.

Baca juga: Vape dan Rokok Sama Bahayanya, Picu Kanker Paru hingga Corona

Ilustrasi 3D sel kanker paru-paru.SHUTTERSTOCK/RAJ CREATIONZS Ilustrasi 3D sel kanker paru-paru.

Setelah pemeriksaan, ia didiagnosis terkena hernia umbilikalis dan harus menjalani 2 kali operasi.

Namun pada operasi kedua, ia mengalami batuk terus menerus hingga menyebabkan luka operasinya terbuka.

Akhirnya ia memutuskan kembali berobat ke dokter bedah, lalu dirujuk ke dokter penyakit dalam dan spesialis paru.

Setelah menjalai CT scan, ditemukan bahwa terdapat tumor yang cenderung mengarah kepada kanker di paru-paru Naomi.

Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan biopsi hingga ditemukan adanya kanker paru stadium 3B di tubuh Naomi.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Perokok Pasif Juga Berisiko Terkena Kanker Paru

 

Sebagai pengobatan, ia menjalani kemooral dan mendapatkan beberapa efek samping seperti buang air besar hingga 20 kali dalam sehari, kulit kering dan kepala gatal.

Karenanya, dokter menyarankan Naomi untuk mengganti obat yang dikonsumsinya dan merasakan efek samping yang dialaminya menjadi berkurang.

Naomi mengatakan, yang menjadi penguatnya untuk tidak menyerah adalah anak-anak dan faktor keinginannya untuk sembuh.

"Karena saya ingin sembuh. Dan saya masih berjuang untuk anak-anak saya yang masih membutuhkan saya," kata Naomi.

Hal serupa juga disampaikan oleh dr Sita, "Itu yang menjadi hal utama dalam pengobatan, adalah pasien, kondisi pasien dan tentunya dukungan dari keluarga".

Baca juga: Selain Hindari Kanker Paru, Ini Manfaat Berhenti Merokok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com