Varian Delta telah menjadi biang dari lonjakan-lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara, yang memicu strategi lockdown dan larangan aktivitas yang ketat di berbagai negara.
Termasuk lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia, Inggris, Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Bahkan kini, varian Covid-19 ini pun telah terdeteksi di lebih dari 90 negara di seluruh dunia.
Dalam studi yang diterbitkan Senin, sebelum peer review ayau ditinjau sejawat, menemukan bahwa vaksin Sinopharm menunjukkan penurunan 10 kali lipat lebih jelas pada tingkat antibodi terhadap varian Beta.
Varian Beta adalah varian virus corona yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Baca juga: Efek Samping Vaksin Sinopharm yang akan Dipakai dalam Vaksinasi Gotong Royong
Para peneliti mengatakan mereka tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat antibodi terhadap kedua varian virus corona, yakni varian Delta dan Beta, dalam serum darah orang yang divaksinasi dibandingkan dengan serum mereka yang telah terinfeksi secara alami.
Hal ini menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 Sinopharm mungkin dapat menimbulkan respons berbasis antibodi terhadap dua varian corona yang serupa dengan tingkat yang terlihat setelah infeksi alami.
Vaksin Sinopharm adalah salah satu vaksin dua dosis yang paling banyak digunakan di China.
Dalam skema vaksin global, COVAX, Sinopharm setuju untuk menyediakan hingga 170 juta dosis vaksin hingga pertengahan tahun 2022.
Baca juga: Simak Perbedaan Vaksin Sinovac dan Sinopharm
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.