Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Sinopharm terhadap Varian Delta, Studi Tunjukkan Respons Antibodi Lebih Lemah

Kompas.com - 22/07/2021, 07:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber REUTERS

KOMPAS.com - Sekelompok peneliti di Srilanka menunjukkan bahwa suntikan vaksin Sinopharm respons antibodi yang cenderung lebih lemah terhadap varian Delta.

Seperti diberitakan Reuters, Rabu (21/7/2021), studi pertama ini terhadap vaksin Covid-19 Sinopharm untuk melihat efek vaksin terhadap versi virus corona yang lebih menular.

Hasilnya, respons antibodi yang diinduksi oleh vaksin Covid-19 Sinopharm ini lebih lemah terhadap varian Delta, yakni varian virus corona yang telah mendominasi penularan di seluruh dunia.

Sebuah studi dilakukan di laboratorium berdasarkan sampel dari orang-orang di Sri Lanka.

Dalam studi ini menunjukkan, tingkat antibodi pada orang yang menerima vaksin BBIBP-CorV atau vaksin Sinopharm, berkurang 1,38 kali lipat terhadap varian Delta dibandingkan dengan versi asli varian virus corona yang pertama kali teridentifikasi di Wuhan, China.

Baca juga: Negara di Asia Beralih ke Vaksin Lain, Apa Efektivitas Sinovac dan Sinopharm Memudar?

 

Studi vaksin Sinopharm terhadap varian Delta dilakukan para ilmuwan di University of Sri Jayewardenepura serta Colombo Municipal Council di Sri Lanka.

Seperti diketahui, varian Delta pertama kali ditemukan di India pada akhir tahun 2020.

Sejak saat itu, varian virus corona ini pun semakin mendominasi penularan Covid-19 di seluruh dunia.

Berbagai perusahaan vaksin Covid-19 di seluruh dunia, saat ini terus menguji efektivitas vaksin mereka dalam melawan varian Delta. Studi terhadap vaksin Sinopharm ini pun dilakukan peneliti di Sri Lanka bersama para peneliti University of Oxford, Inggris.

Baca juga: Vaksin Sinopharm China Kantongi Izin WHO untuk Penggunaan Darurat

Ilustrasi vaksin Covid-19. Thailand akan campur vaksin Sinovac dan AstraZeneca untuk memberi perlindungan lebih baik dari varian Delta yang sangat menular dan telah memicu lonjakan kasus Covid-19.Shutterstock/myboys.me Ilustrasi vaksin Covid-19. Thailand akan campur vaksin Sinovac dan AstraZeneca untuk memberi perlindungan lebih baik dari varian Delta yang sangat menular dan telah memicu lonjakan kasus Covid-19.

Varian Delta telah menjadi biang dari lonjakan-lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara, yang memicu strategi lockdown dan larangan aktivitas yang ketat di berbagai negara.

Termasuk lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia, Inggris, Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Bahkan kini, varian Covid-19 ini pun telah terdeteksi di lebih dari 90 negara di seluruh dunia.

Dalam studi yang diterbitkan Senin, sebelum peer review ayau ditinjau sejawat, menemukan bahwa vaksin Sinopharm menunjukkan penurunan 10 kali lipat lebih jelas pada tingkat antibodi terhadap varian Beta.

Varian Beta adalah varian virus corona yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.

Baca juga: Efek Samping Vaksin Sinopharm yang akan Dipakai dalam Vaksinasi Gotong Royong

 

Para peneliti mengatakan mereka tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat antibodi terhadap kedua varian virus corona, yakni varian Delta dan Beta, dalam serum darah orang yang divaksinasi dibandingkan dengan serum mereka yang telah terinfeksi secara alami.

Hal ini menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 Sinopharm mungkin dapat menimbulkan respons berbasis antibodi terhadap dua varian corona yang serupa dengan tingkat yang terlihat setelah infeksi alami.

Vaksin Sinopharm adalah salah satu vaksin dua dosis yang paling banyak digunakan di China.

Dalam skema vaksin global, COVAX, Sinopharm setuju untuk menyediakan hingga 170 juta dosis vaksin hingga pertengahan tahun 2022.

Baca juga: Simak Perbedaan Vaksin Sinovac dan Sinopharm

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com