Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kasus Sempat Turun, Mengapa Tsunami Covid-19 Bisa Terjadi di India?

Kompas.com - 26/04/2021, 17:45 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Sumber Aljazeera

KOMPAS.com - Saat ini India tengah menghadapi tsunami Covid-19 dengan angka kasus positif yang sangat tinggi.

Pada 25 April 2021, India melaporkan 346.786 kasus baru Covid-19 selama 24 jam sebelumnya, dengan 2.624 kematian – yang mana ini adalah jumlah korban harian tertinggi di dunia sejak pandemi dimulai tahun lalu.

Secara keseluruhan, hampir 190.000 orang telah meninggal akibat Covid-19 di negara itu, sementara lebih dari 16,6 juta orang terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Varian Mutasi Ganda Picu Lonjakan Kasus Covid-19 India, Ini Kata Ahli

Lonjakan kasus Covid-19 di India ini tak main-main, semua rumah sakit kehabisan oksigen dan tempat tidur, dan bahkan banyak orang terinfeksi ditolak hingga akhirnya meninggal dunia di halaman rumah sakit.

Berbagai Negara juga telah melarang penerbangan langsung ked an dari India, seperti Selandia Baru, Hong Kong, Inggris, Amerika Serikat, dan termasuk Indonesia.

Padahal sejak akhir tahun lalu hingga Februari 2021, angka kasus Covid-19 di India telah berhasil turun, bahkan angka kasusnya jauh lebih rendah dari Indonesia.

Selain itu, sebagai Negara produsen vaksin Covid-19, angka vaksinasi Covid-19 di India juga terbilang tinggi.

Lalu, apa yang salah dari India hingga mengalami tsunami Covid-19?

Melansir Aljazeera, varian India, yang dikenal sebagai B.1.617, tampaknya mendatangkan malapetaka di negara tersebut.

Sejak 15 April, India telah melaporkan lebih dari 200.000 kasus virus corona setiap hari dan ibukotanya, Delhi, baru-baru ini mengumumkan diberlakukannya lockdown selama seminggu, setelah peningkatan kasus Covid-19 di sana membuat kewalahan sistem perawatan kesehatan.

"Jika kita tidak memberlakukan lockdown sekarang, kita mungkin menghadapi bencana yang lebih besar," kata Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal saat berbicara di televisi India pada 19 April.

Yang mengkhawatirkan, India juga mengalami krisis ruang tempat tidur dan persediaan oksigen di rumah sakit, terbukti dari banyaknya pasien terinfeksi yang tak lagi bisa diterima di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Ini membuat para anggota keluarga putus asa melihat orang yang dicintainya tak bisa mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan.

Baca juga: Belajar dari Lonjakan Kasus Covid-19 di India dan Thailand, Epidemiolog: Jangan Beri Celah Masyarakat Berpergian

Beberapa tumpukan kayu pemakaman pasien yang meninggal karena penyakit COVID-19 terlihat terbakar di tanah yang telah diubah menjadi krematorium kremasi massal korban virus corona, di New Delhi, India, Rabu (21/4/2021).AP Beberapa tumpukan kayu pemakaman pasien yang meninggal karena penyakit COVID-19 terlihat terbakar di tanah yang telah diubah menjadi krematorium kremasi massal korban virus corona, di New Delhi, India, Rabu (21/4/2021).

Terkait krisis oksigen di Negara tersebut, pengadilan tertinggi Delhi mengambil langkah yang tidak biasa dengan secara terbuka mengkritik pemerintah pusat.

Pengadilan mendengarkan petisi yang diajukan oleh Max Hospitals untuk meminta bantuan segera, untuk mengatasi kekurangan oksigen yang dihadapinya di enam rumah sakit di ibu kota.

“Kehidupan manusia sepertinya tidak begitu penting bagi Negara. Kami terkejut dan kecewa karena pemerintah tampaknya tidak memperhatikan kebutuhan oksigen medis yang sangat mendesak,” kata pihak Max Hospitals.

"Kami mengarahkan pusat untuk menyediakan jalur yang aman, sehingga persediaan semacam itu tidak terhalang untuk alasan apa pun. Ini akan jadi neraka (jika oksigen tidak disediakan)," katanya.

Baca juga: Picu Lonjakan Kasus India, Varian Mutasi Ganda Ada di 10 Negara Lain

Hingga kini masih belum sepenuhnya jelas, mengapa tsunami Covid-19 bisa terjadi di India, tetapi kemungkinan besar karena acara-acara kampanye yang diselenggarakan menjelang pemilihan.

Presiden Modi sendiri juga melakukan kampanye untuk memenangkan pemilihan di Kerala, Tamil Nadu, dan Puducherry pada 30 Maret saat peningkatan kasus dimulai.

Ditambah lagi dengan adanya perkumpulan massa dan ritual keagamaan selama festival keagamaan, serta pembukaan kembali ruang publik dan pelonggaran lockdown yang mulai dilakukan pada Desember 2020.

Munculnya varian baru virus corona

Selain itu, ada juga banyak kekhawatiran tentang munculnya varian baru virus corona di India.

Diperkirakan strain dominan di negara itu sekarang adalah varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris, dan yang telah terbukti hingga 60 persen lebih dapat ditularkan di antara manusia.

Pada tanggal 25 Maret, diumumkan lebih lanjut bahwa varian mutasi ganda baru telah terdeteksi di India, yang sekarang dikenal sebagai varian India. Perkembangan inilah yang membuat negara-negara lain ketakutan.

Pihak berwenang India menganggap varian baru ini belum menjadi jenis virus corona yang dominan di negara tersebut, tetapi kemungkinan akan berkontribusi pada peningkatan jumlah.

Pengurutan genom dari varian baru telah menunjukkan, bahwa ada dua mutasi penting:

1. Mutasi E484Q

Mutasi ini mirip dengan mutasi E484K yang diidentifikasi pada varian Brasil dan Afrika Selatan, yang juga telah dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir. Kekhawatirannya adalah mutasi ini dapat mengubah bagian protein spike virus corona.

Protein spike membentuk bagian dari lapisan luar virus corona dan yang digunakan virus untuk melakukan kontak dengan sel manusia.

Setelah kontak terjadi, virus corona kemudian menggunakan protein spike untuk mengikat ke sel manusia, memasukkannya, dan menginfeksinya.

Respons imun yang dirangsang oleh vaksin menciptakan antibodi yang secara spesifik menargetkan lonjakan protein virus.

Oleh karena itu, kekhawatirannya adalah jika mutasi mengubah bentuk protein spike secara signifikan, maka antibodi mungkin tidak dapat mengenali dan menetralkan virus secara efektif, bahkan pada mereka yang telah divaksinasi.

Para ilmuwan hingga saat ini masih memeriksa apakah kasus yang sama juga mungkin terjadi pada mutasi E484Q.

Baca juga: Mutasi Ganda, Bisakah Vaksin Melawan Varian Covid-19 yang Lebih Ganas Ini?

Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.

2. Mutasi L452R

Mutasi ini juga telah ditemukan pada varian virus corona di California.

Varian ini dianggap mampu meningkatkan kemampuan protein spike untuk mengikat sel inang manusia, sehingga meningkatkan infektivitasnya.

Sebuah studi tentang mutasi juga menunjukkan, bahwa hal itu dapat membantu virus menghindari antibodi penetral yang dapat dihasilkan oleh vaksin dan infeksi sebelumnya. Namun demikian, hal ini masih dalam pemeriksaan lebih lanjut.

Tak dipungkiri, gelombang baru Covid-19 di India telah menghancurkan negara itu.

Tanggapan terkoordinasi diperlukan antara negara bagian India dan pemerintah pusat untuk mengelola pasokan oksigen dan obat-obatan penting, untuk mengendalikan jumlah kematian terkait Covid-19.

Baca juga: Covid-19 di India, Benarkah Mutasi Virus Corona Tak Terdeteksi PCR?

Di sisi lain, ada kekhawatiran tak bisa mengetahui jumlah sebenarnya kematian akibat Covid-19.

Hal ini karena, banyak orang meninggal di rumah sebelum mereka dibawa ke rumah sakit. Apalagi, mereka yang tinggal di daerah pedesaan, umumnya kesulitan mengakses fasilitas tes Covid-19.

Salah satu cara yang bisa dilakukan saat ini untuk menekan penyebaran virus corona di India adalah dengan meningkatkan program vaksinasi, menerapkan protokol kesehatan, dan menerapkan kembali lockdown.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com