Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sebut Badan Kurus Tak Berarti Bebas Kolesterol, Kok Bisa?

Kompas.com - 19/03/2021, 20:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli mengingatkan agar tidak salah menilai, bobot atau berat badan sebagai patokan seseorang mengalami kolesterol tinggi, karena tidak semua orang bertubuh kurus bebas ketidakseimbangan kolesterol.

"Tubuh gemuk atau kurus, tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol, karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol baik dan kolesterol jahat," kata dr Fridolin Seto Pandu selaku Manager Medical Underwriter Sequis.

Dikatakan dr Fridolin, memang berat badan berlebihan atau gemuk seringkali dianggap banyak penyakit, tetapi orang yang bertubuh kurus pun sebenarnya berpotensi memiliki kolesterol tinggi.

Baca juga: 5 Cara Menurunkan Kolesterol Secara Alami

Kolesterol tinggi disebut dalam bahasa medis dengan dislipidemia.

Apa itu Dislipidemia?

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah.

Kelainan jenis lemak yang utama adalah kenaikan kadar total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), Trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein).

1. Kolesterol LDL

LDL adalah kolesterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah, sehingga membuat saluran pembuluh darah menyempit.

Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.

Kadar tinggi LDL dapat diwaspadai dengan memonitor ambang batasnya: 

- Kondisi normal atau optimal adalah <100 mg/DL

- Kondisi mendekati optimal 100 - 129mg/DL

- Kondisi batas tinggi 130 – 159mg/DL

- Kondisi tinggi 160 – 189mg/DL

- Kondisi sangat tinggi >190 mg/DL

2. Kadar kolesterol HDL

Untuk diketahui, HDL bertugas untuk mengangkut kolesterol dari pembuluh darah atau jaringan lain kembali ke hati.

Kadar HDL yang harus diwaspadai adalah ketika telah melewati ambang batasnya:

- Kondisi rendah yaitu <40 mg/DL

- Kondisi tinggi yaitu >60 mg/DL

Baca juga: Pasien Hipertensi dan Kolesterol Tinggi Malas Minum Obat, Apa Efeknya?

 

Ilustrasi kolesterolSHUTTERSTOCK Ilustrasi kolesterol
3. Trigliserida

Trigliserida adalah  kadar lemak yang berasal dari sisa pembakaran kalori yang tidak terpakai.

Dijelaskan dr Fridolin, saat makan, tubuh kita menerima kalori dan dipergunakan untuk aktivitas tubuh.

Kalori yang tidak dipergunakan akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan dalam sel-sel lemak.

Berikut adalah kadar ambang batas rendah trigliserida yang harus Anda ketahui:

- Kadar normal yaitu <150 mg/DL

- Kadar batas tinggi 150-199 mg/DL

- Kadar tinggi 200-499 mg/DL

- Kadar sangat tinggi >500 mg/DL. 

Baca juga: Di Tengah Pandemi, Pemeriksaan Kadar Kolesterol Tetap Harus Dilakukan

4. Kolesterol total

Kolesterol total adalah jumlah keseluruhan kolesterol atau akumulasi ketiga jenis kolesterol tersebut di dalam tubuh.

Kata dr Fridolin, konsentrasinya mirip lemak atau lilin dan bisa ditemukan di semua sel di tubuh dalam jumlah cukup.

Kolesterol total ini berfungsi untuk meregenerasi sel, produksi hormon, membentuk vitamin D dan dalam proses pencernaan.

Adapun, batas kolesterol total adalah sebagai berikut.

- Kadar normal yang ideal adalah < 200 mg/DL

- Kadar kolesterol yang masuk kategori sedang adalah 200-239 mg/DL

- Kadar kolesterol kategori tinggi yaitu >240 mg/DL

Deteksi dini kolesterol tinggi (dislipidemia)

Sayangnya, kata dr Fridolin, kondisi kelainan ini sering kali tidak menunjukkan gejala, terlebih bila postur seseorang terlihat kurus dan proporsional.

Sehingga lebih sulit mendeteksi dini seandainya tidak rutin melakukan pemeriksaan.

Oleh karena itu, ia menekankan agar siapa pun dan berapa pun berat badan Anda, jika sudah berusia di atas 25 tahun untuk rutin melakukan medical check-up.

Dengan medical check-up, kita dapat mengetahui kadar lemak pada tubuh termasuk LDL, HDL, Trigliserida dan kadar kolesterol total.

Kadar dari masing-masing lemak tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium. 

Idealnya, diperiksa dan dimonitor sekaligus kondisi kadar 3 lemak tersebut. 

Pemeriksaan kadar kolesterol sebaiknya dilakukan rutin setiap 5 tahun sekali. 

Baca juga: Kolesterol Meningkat Selama di Rumah Saja, Ini 4 Tips Memperbaikinya

 

Namun, jika memiliki potensi kolesterol tinggi sebaiknya melakukan cek setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali.  

Jika tidak segera dideteksi dini, kolesterol tinggi atau kelainan metabolisme-dislipidemia ini akan memperbesar risiko ragam penyakit lainnya.

“Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar lemak darah di atas normal, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter agar mendapatkan pengobatan yang tepat. Jika tidak segera ditangani akan berisiko pada terjadinya berbagai penyakit, terutama penyakit jantung koroner dan stroke,” ujar dr. Fridolin.

Faktor risiko kolesterol tinggi (dislipidemia)

Dokter Fridolin juga menyebutkan ada beberapa kelompok masyarakat, yang berisiko tinggi mengidap kolesterol tinggi atau dislipidemia ini.

Pertama adalah pria berusia lebih dari 45 tahun.

Kedua adalah perempuan berusia lebih dari 55 tahun.

Ketiga adalah mereka yang memiliki riwayat; hipertensi, penyakit hati, jantung koroner, stroke, kencing manis, obesitas, hipotiroid (kekurangan hormon tiroid), gangguan ginjal, kurang aktivitas fisik, dan riwayat keluarga yang pernah mengidap kolesterol, kencing manis, jantung koroner, dan stroke.

Baca juga: Kenali Gejala Penyakit karena Kolesterol Tinggi, Ini Tanda-tandanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com