Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahsyatnya Ledakan Beirut Lebanon, Guncang Lapisan Atas Atmosfer Bumi

Kompas.com - 19/03/2021, 18:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Masih ingatkah Anda dengan ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon pada Agustus tahun lalu?

Menurut perhitungan peneliti, ledakan Beirut memiliki energi setara 200-500 ton TNT atau puluhan kali lebih kuat dari bom atom yang menghancurkan Hiroshima.

Alhasil, ledakan tersebut menghancurkan kota, merusak gedung, menewaskan lebih dari 100 orang, melukai ribuan lainnya dan yang baru ditemukan, mengguncang lapisan-lapisan atas atmosfer Bumi.

Dilansir dari Science Alert, Jumat (19/3/2021); para peneliti dari Institusi Teknologi Nasional India dan Universitas Hokkaido di Jepang mengukur gangguan elektrik akibat ledakan Beirut di ionosfer, bagian atas atmosfer Bumi yang terionisasi oleh radiasi Matahari.

Baca juga: Studi Buktikan, Ledakan Lebanon Salah Satu yang Terparah dalam Sejarah

Mereka melakukan hal ini dengan memanfaatkan variasi fase pada transmisi gelombang mikro yang dikirimkan oleh Global Navigation Satellite System pada hari letusan.

Para peneliti lantas memperhitungkan perubahan distribusi elektron di ionosfer yang menandakan adanya gelombang akustik melewati gas ionosfer.

Teknik ini sebetulnya telah digunakan sejak jaringan satelit kali pertama diluncurkan 1990-an. Ia digunakan untuk mengukur guncangan yang melewati lapisan-lapisan atas atmosfer, mulai dari letusan gunung berapi hingga uji coba nuklir.

Namun, penggunaan metode ini untuk mengukur dampak ledakan Beirut bukan tanpa hambatan.

Baca juga: Ledakan Lebanon, Bagaimana Amonium Nitrat Menghancurkan Kota?

Dikarenakan ledakan tersebut terjadi pada sore hari menjelang matahari terbenam, ada kemungkinan abnormalitas ionosfer yang disebut gelembung plasma ekuator dapat menutupi sinyal.

Untungnya, pada saat ledakan Beirut terjadi, tidak terdeteksi adanya gelembung sehingga para peneliti bisa mendapatkan hasil yang baik.

Diungkapkan oleh Kosuke Heki dari Universitas Hokkaido, gelombang akibat ledakan bergerak di ionosfer menuju arah selatan dengan kecepatan sekitar 0,8 kilometer per detik.

Gelombang yang dihasilkan ledakan Beirut bahkan bisa dibandingkan dengan beberapa letusan gunung berapi di Jepang, dan ditemukan lebih berdampak pada ionosfer dibandingkan letusan Gunung Berapi Asama pada 2004.

Baca juga: Ledakan Suar Matahari Terbesar Mencapai Bumi, Apa Dampaknya?

Tim peneliti berkata selain memberikan pengetahuan baru tentang ledakan dahsyat tersebut, data yang mereka temukan bisa menjadi petunjuk untuk mengawasi uji coba senjata di negara-negara berbahaya.

Pasalnya, dengan membangun database tanda akustik yang bisa dideteksi oleh GNSN, para ahli dan pemerintah dunia akan bisa mengetahui penyebab ledakan hanya dari dampaknya terhadap ionosfer.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Scientific Report.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com